Rabu, 14 Desember 2011

Pengorbanan Terbaik Manusia Indonesia*

“Orang yang paling bahagia adalah mereka yang memberikan kebahagiaan terbesar kepada orang lain.” (Status Facebook Sondang Hutagalung, 19 September 2011)

“Untuk memberikan cahaya terang kepada orang lain kita jangan takut untuk terbakar. Dan bagi mereka yang terlambat biarlah Sejarah yang menghukum-nya.” (Sondang Hutagalung)



Sondang Hutagalung (22 tahun, akun Facebook: Hut Son) telah meninggal pada pukul 17.45 Wib, tepat pada Hari Hak Asasi Manusia se-Dunia, 10 Desember 2011. Ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah meregang nyawa selama tiga hari. Sondang adalah ketua Himpunan Aksi Mahasiswa Marhaenis Untuk Rakyat Indonesia (Hammurabi Justice), aktivis yang mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan HAM. Dia membakar dirinya sendiri dengan harapan bisa membangkitkan gerakan rakyat.

Menurut para saksi, Rabu (7/12) pukul 17.30 Wib, Sondang yang berpenampilan rapi membakar diri dalam balutan baju biru, celana hitam dan memakai sepatu pantopel (sebenarnya sepatu semi boot). Ia sempat mondar-mandir sebelum melakukan aksinya. Ia menyiram bensin ke sekujur tubuhnya, lalu menyulut api dan terbakar. Dia tak berteriak-teriak kesakitan layaknya orang yang terbakar. Sondang baru ditolong setelah api membesar selama tiga menit yang meninggalkan 98 persen luka bakar di seluruh tubuhnya.

Sondang yang juga adalah mahasiswa semester akhir di Universitas Bung Karno (UBK) ini, melakukannya secara sadar dan terencana. Sebagaimana seorang biksu Budha merencanakan laku self-immolation. Sebagai seorang aktivis pembela HAM yang sehari-harinya bergelut dalam pengorganisasian mahasiswa, advokasi dan aksi massa, ia tahu benar fenomena bakar diri telah sukses menggelorakan revolusi di Tunisia dan Mesir. Ia tidak konyol dan bodoh sebagaimana yang dituduhkan oleh banyak orang. Seorang Sondang hanya ingin memposisikan dirinya sebagai martir, sebagai bunga yang dibakar**. Hal ini diperkuat dengan keterangan kekasih Sondang yang menyebutkan sebelum bakar diri, Sondang pernah mengatakan akan membuat sebuah aksi besar. Rabu pagi, ia juga sempat chatting (online) dengan kawannya, Arlex Susanto Goenawan, dan mengirimkan pesan pendek, "LAWAN".

Jadi, jelas tindakan Sondang adalah aksi politis yang mengharapkan dukungan politis pula. Apalagi ia melakukan aksinya menjelang dua hari besar gerakan rakyat: hari Anti Korupsi 9 Desember dan Hari HAM 10 Desember. Sebelum Sondang membakar diri di depan Istana Negara, ia berteriak: “Turunkan SBY!”

Beberapa media menyajikan informasi mengenai Sondang dari framing masalah psikologis. Sudut pandang yang dipilih untuk mengaburkan alasan politis pembakaran diri tersebut, sehingga rakyat Indonesia diharapkan percaya bahwa Sondang menderita problem kejiwaan, bukan karena protes terhadap rezim.

Membakar diri telah menjadi metode protes yang dipopulerkan oleh Mohammed Boauzizi pada 17 Desember 2010. Boauzizi adalah seorang pedagang sayur di Tunisia yang protes karena dagangannya digaruk oleh pemerintah. Ia meninggal, namun aksinya memicu gerakan sosial di negeri tersebut yang lalu berhasil menumbangkan rezim Ben Ali. Metode ini juga ditiru sebagai cara protes ke pemerintah oleh orang Mesir dan Aljazair.

Bakar diri untuk protes juga pernah dilakukan oleh seorang buruh Korea Selatan, Chun, Tae-Il, dalam suatu aksi di kawasan Peace Market, Korea Selatan, pada 13 November 1970. Tae-Il meneriakkan “ taati hukum perburuhan”, “stop eksploitasi buruh”, “hari minggu libur” sambil berlari dengan tubuh penuh kobaran api sebelum kemudian ambruk. Hari-hari selanjurnya, pemogokan buruh dan solidaritas rakyat membesar di berbagai tempat di Korea.

Di Indonesia, bakar diri sudah banyak kejadian (bahkan bom bunuh diri), namun tidak politis—bakar diri dalam rangka frustasi dengan keadaan ekonomi yang miskin. Penyebab kemiskinan adalah sistem ekonomi yang dijalankan oleh pemerintahan SBY-Budiono yang adalah hamba kapitalis dan bermental korup. Rezim ini lah yang sebenarnya bertanggungjawab terhadap aksi bakar diri Sondang.

Pengharapan pada Spontanitas

Penggulingan SBY adalah kehendak Sondang. Hal ini juga adalah kehendak kelompok gerakan kiri di Indonesia. Bahkan lebih jauh lagi, tidak hanya sekadar menggulingkan SBY sebagai presiden, tetapi ada kehendak mengganti sistem.

Demi “turunkan SBY”, Sondang telah menempuh cara yang memerlukan keberanian luar biasa: berkorban diri hingga mati. Hal yang mungkin tidak banyak orang yang sanggup (berani) untuk melakukan, atau tidak banyak orang yang menganggap hal itu cukup masuk akal untuk dijadikan sebagai metode perjuangan.

Apa yang diharapkan Sondang sesungguhnya adalah kebangkitan gerakan spontan sebagaimana yang terjadi di Tunisia dan Mesir, serta aksi-aksi pendudukan yang motori oleh Pendudukan Wall Street. Sama seperti harapan para penggiat Occupy (pendudukan) yang akhir-akhir ini ada di beberapa kota di Indonesia: mengharapkan partisipasi individu-individu secara spontan dan luas untuk terlibat dalam gerakan.

Dari mana kesadaran harapan ini muncul?

Pertama, situasi objektif dimana di bawah sistem kapitalisme yang dioperasikan oleh pemerintahan SBY sudah sangat jelas-jelas menyengsarakan. Model kebijakannya adalah pro kapitalis. Skemanya sudah jelas neoliberal yang didiktekan oleh korporasi melalui lembaga-lembaga donor (korpoautokrasi). Arahnya adalah ekspansi modal dan perampasan nilai (kerja). Dan, ekses (dampak)nya sangat bervariasi dan meluas di mana-mana. Korban nyawa juga sudah banyak. Watak kapitalis pemerintahan SBY tercermin dalam regulasi (aturan), program pemerintah, dan situasi ekonomi yang semakin sulit--sementara elit-elit semakin kaya.

Beberapa isu, misalnya, utang negara yang mencapai 1700 trilyun, persoalan upah murah, kasus pembunuhan dua orang warga di Tiaka oleh aparat, kasus Freeport yang menewaskan warga, dan seterusnya, dan seterusnya. Inventarisasi ekses kapitalisme akan menghasilkan banyak sekali isu.

Penindasan adalah ladang subur bagi bersemainya perlawanan, demikianlah hukumnya.

Kedua, kelompok-kelompok gerakan dengan berbagai spektrum ideologi dan isu telah berjuang sejak lama. Reformasi memberikan ruang yang lebih luas daripada masa Orde Baru, untuk melahirkan berbagai kelompok gerakan. Perkembangan ini adalah positif, pun banyak perpecahan menjadikannya terserak. Serakan-serakan ini memperluas dirinya dalam berbagai kadar. Fragmentasi ini belum ada jalan keluarnya. Fragmentasi antar-organisasi, fragmentasi antar-isu (identitas), bahkan fragmentasi antara organisasi dan individu. Gerakan yang ada belum sanggup untuk menciptakan atmosfer revolusi.

Sementara itu, sekali lagi, perluasan geografi modal (sebagai konsekuensi perluasan kapitalisme), yakni investasi dan pasar menjadi semakin masif, apalagi krisis saat ini justru menyerang negeri-negeri kapitalis maju. Negara berkembang pun menerima dampak perluasan kapital (modal). Marx sudah menjelaskannya sejak 1887 dalam Manifesto Partai Komunis:

Syarat-syarat masyarakat borjuis terlampau sempit untuk memuat kekayaan yang diciptakan olehnya. Dan bagaimana kah borjuis mengatasi krisis-krisis tersebut? Pada satu pihak, dengan memaksakan penghancuran sejumlah besar tenaga-tenaga produktif, pada pihak lain, dengan merebut pasar-pasar baru, dan menyulap pasar-pasar yang lama dengan cara yang lebih sempurna. Itu artinya, membukakan jalan bagi krisis-krisis yang lebih luas dan lebih merusakkan, dan mengurangi syarat-syarat yang dapat mencegah krisis-krisis itu.”


Ekses kapitalisme semakin meluas serta banyak pelajaran revolusi dari negeri-negeri lain—dewasa ini dari negeri-negeri Afrika Utara dan gerakan pendudukan di AS dan Eropa. Semua ini berdialektika menjadi kesadaran yang dipercepat oleh media sosial yang semakin berkembang.

Situasi semacam ini menghasilkan pengharapan dalam kadar yang tinggi di kalangan kaum gerakan kepada gerakan spontanitas, di samping berharap organisasi yang telah ada—bahkan ada ekstrim penilaian bahwa organisasi sudah tidak produktif. Jadi, tidak heran bermunculan kesadaran metode yang ingin menghasilkan gerakan spontan itu, seperti metode pendudukan individu-individu dan metode bakar diri Sondang.

Yang membedakannya, gerakan individual Sondang memiliki militansi yang luar biasa (rela mati), politis, berorientasi penggulingan kekuasaan dan percaya pada organisasi dalam memimpin gerakan spontan. Ia bukan seorang anarkis (tidak percaya organisasi). Beberapa minggu sebelum aksinya, ia sempat menitipkan Hammurabi kepada kawan-kawannya. Ia justru membakar diri sebagai bentuk protes terhadap pemerintah agar lebih banyak lagi orang yang bangkit melawan rezim serta memperkuat organisasi dan gerakan rakyat.

Gerakan Sondang tidak lah sia-sia. Dia telah memberikan inspirasi keberanian yang luar biasa kepada setiap orang. Dia menunjukkan pencapaian model pengorbanan terbaik yang bisa diberikan oleh seorang manusia, khususnya orang Indonesia. Dalam logika pengorbanan, Sondang memiliki ekspektasi apa yang dia lakukan akan menghasilkan sesuatu. Sesuatu itu adalah perubahan. Dan untuk itu, orang perlu mengatasi ketakutan sebagaimana yang telah ia lakukan.

Jika Sondang yang berusia muda itu berani mengatasi ketakutannya terhadap kematian, mengapa kita tidak berani mengatasi ketakutan kita untuk melawan penindasan?

Dari sini lah, gerakan solidaritas itu bisa tumbuh dan diperluas. Kelompok gerakan progresif dan rakyat dimanapun berada harus meresponnya dalam memperluas dan memimpin gerakan penggulingan kekuasaan, penggantian sistem dan menjalankan demokrasi langsung.

Tidak sedikit partai politik reformis (bahkan korup) beserta ormasnya yang ingin mengambil keuntungan dari kematian Sondang untuk menjatuhkan SBY. Bahkan kelompok Sisa Orde Baru dan tentara yang kuat secara ekonomi karena memiliki aset-aset perusahaan, yayasan dan koperasi dalam domain “anti modal asing” juga berusaha mengambil-alih kekuasaan, dan bisa memanfaatkan kematiannya.

Tanpa intervensi kelompok gerakan, tanpa terkoneksi dengan gerakan buruh dan kaum miskin, pengorbanan Sondang bak bola liar yang bisa terpental ke arah yang salah atau segera membatu.


Catatan
* Tulisan ini buat Sondang, yang mungkin pernah sekali dua bertemu di Cina Benteng pada hampir dua tahun silam.

** Istilah "bunga yang dibakar" meminjam istilah dari lukisan Yayak Yatmaka, merupakan istilah bagi kawan-kawan yang diculik dan tak kembali. Sondang adalah bunga (pejuang), dan dalam makna harfiah, benar-benar terbakar.




 Foto: Tribun News


Sang Penerang (*)

Sondang Hutagalung, lelaki berambut cepak dengan badan yang berisi itu memiliki tatapan tajam. Meskipun ia jarang berbicara namun terlihat kesungguhan dari matanya. Dalam setiap aksi yang diikutinya, ia tampak total. Seperti perjumpaanku kurang lebih 3 bulan lalu di aksi solidaritas untuk Papua akhir September lalu.

Sondang memerankan dirinya sebagai seorang militer yang kejam di Papua. Dengan memakai baju loreng dan senjata laras panjang, Sondang terlihat begitu gagah. Sepatu hitam yang dipakai pada saat itulah yang menemani kematiannya.

Sondang, lelaki muda berusia 22 tahun. Memiliki semangat juang yang tak dapat ditampik lagi. Keberadaannya ditengah-tengah komunitas aktivis di ibu kota telah menempanya menjadi pribadi yang kuat. Ia memiliki cara tersendiri untuk melakukan perlawanan.

Sebagai penggiat organisasi kemahasiswaan di Universitas Bung Karno, Sondang cukup dikenal dan dicintai oleh semua orang. Namun tidak semua orang mengerti tentang pilihan kematian baginya. Kehilangan pasti, sedih itu juga yang menjalar di wajah-wajah penggiat Hak Asasi Manusia sejak tengah malam 10 Desember.

Di atas meja sudut rumah duka RSCM, foto Sondang berjajar di tengah taburan bunga duka cita, sementara lilin menyala redup ditiup angin. Sondang tersenyum di tengah derai air mata semua orang yang menunggu dengan pedih kepastian jenasahnya akan dibawa kemana. Sondang, foto dengan tangan bersidekap itu seperti menemani semua wajah yang murung dan terluka.

Wajah tak kalah pedih ditunjukkan oleh keluarga Sondang, tangis seorang ibu pecah ketika mendengar ratusan mahasiswa bernyanyi, orasi dan meminta jenasah Sondang dibawa ke kampusnya tercinta, tempat ia ditempa perjuangan hidup dan kemanusiaan.

Di tengah kontroversi tentang pilihan Sondang dalam melakukan protes terhadap rezim ini, tentunya kita semua mengerti bahwa ini adalah bentuk protes putus asa terhadap pemimpin negeri ini. Di antara sejumlah aksi dengan berbagai cara untuk perubahan bangsa ini, ternyata semua membentur tembok, tetap gagu dan membisu.

Sondang dapat membaca keresahan keluarga korban pelanggaran HAM yang telah bertahun-tahun melakukan aksi diam di depan Istana, namun tak juga mendapat respon dari pemimpin negeri ini. Di tengah carut-marut kasus korupsi yang kian menjerat pemerintahan ini, ternyata tak cukup hanya dengan melakukan aksi dan tuntutan perubahan. Sondang merasakan keresahan itu luar biasa menghimpit dadanya.

Sondang telah menghentakkan publik dengan keberaniannya mengorbankan nyawanya. Kita ingat Mahatma Gandhi pernah melakukan aksi mogok untuk mencegah pertempuran antara orang-orang Hindu dengan orang-orang Islam dan walaupun beliau dihentikan sebelum maut, beliau kelihatan rela mati. Ini menarik perhatian kepada perjuangannya dan hormat yang amat kepada beliau sebagai seorang pemimpin rohaniah.

Wikepedia melansir pada decade 1960an Sami-Sami Budha khususnya Thich Quang Duc, di Vietnam Selatan telah menarik perhatian dunia Barat dengan melakukan aksi bakar diri hingga mati menentang Presiden No Dinh Diem. Peristiwa lain pada masa perang Dingin di Eropa Timur melalui kematian Jan Palach setelah serangan Kesatuan Soviet atas Czechoslovakia serta pengorbana diri Romas Kalanta di lebuh raya Kaunas, Lithunia pada tahun 1972. Pada November 2006, Milachi Ritscher seorang aktivis anti perang amerka Serikat, melakukan bunuh diri terhadap bantahan terhadap perang di Iraq.

Di Jepang bunuh diri dilakukan oleh tentara yang kalah perang atau gagal mempertahankan Negara memilih untuk menamatkan riwayat mereka melakui hara-kiri, atau potong perut dengan samurai.

Pada Desember tahun 2010 Muhammed Bouazizi (26) , melakukan aksi bakar diri di Tunisia. Aksi menyulut gelombang massa dan berhasil menumbangkan penguasa Tunisia, Presiden Zine al-Abidine Ben Ali yang sudah berkuasa 23 tahun. “Itu gerakan rakyat pertama yang menjatuhkan penguasa.”

Kemudian kita kembali ke Indonesia. Melihat carut marut politik Negara yang kian parah, korupsi menjadi bagian trend bagi pejabat publik. Bahkan menjadi gaya hidup bagi PNS muda akhir-akhir ini. Mengambil hak orang lain merupakan hal lumrah dan gaya hidup keren bagi kalangan penguasa. Bahkan hal itu dilakukan secara bersama-sama hingga tidak memikirkan nasib ribuan manusia lainnya. Kematian menjemput di berbagai tempat karena kemiskinan dan kelaparan. Semuanya dianggap wajar oleh pemimpin negeri ini, semua tetap berlanjut, seperti anjing menggonggong.



Tangis seorang ibu pecah ketika mendengar ratusan mahasiswa bernyanyi, orasi dan meminta jenasah Sondang di bawa ke kampusnya tercinta, tempat ia ditempa perjuangan hidup dan kemanusiaan.

Sengkarut di negeri ini telah menohok sisi kemanusiaan seorang Sondang. Sebagai seorang revolusioner ia merasakan kegundahan luar biasa. Berbagai jalan telah ia tempuh, termasuk kematian untuk perubahan. Sondang telah memilih perjuangannya untuk perubahan bangsa ini, tanpa ingin melibatkan orang lain susah dalam kematiannya, termasuk ia merahasiakan rencana aksi bakar diri terhadap siapapun.

Sondang diakhir perjalanan hidupmu, engkau tersenyum menitipkan pesan pada kami semua untuk tidak larut dalam sedih atas kepergianmu. Hari ini tanah merah telah mendekap ragamu dalam sunyi. Namun tangan Tuhan telah merangkulmu dalam damai…

Pergilah kawan dalam sejarah yang tak terlupakan. Kami semua akan terus belajar untuk berjuang dengan cara kami, dengan tetap mengilhami perjalananmu yang kini abadi. Satu putra terbaik pertiwi telah pergi dalam tapal batas perjuangan yang belum berakhir…

Wasiat perlawanan telah Sondang torehkan. Tinggal kita semua melanjutkan apa yang telah ia mulai, buka mata wahai penguasa negeri bebal, rakyatmu sudah muak dengan kepemimpinanmu yang tidak pernah memihak rakyat…

Jakarta, 11 Desember 2011.

*Judul asli artikel: Sondang, sang revolusioner telah pergi. Dinukil dari harian Kompas.

**poster: nobodycorp.

SONDANG HUTAGALUNG

Karya Penyair dan seniman kawakan Landung Simatupang tentang kematian Sondang Hutagalung: sondang yang bakar diri

anak itu bicara dengan tubuhnya, bensin dan api
ia mati di depan hidung kekuasaan
yang berlarut-larut mengecewakan
suka dusta, cucitangan dan ingkar janji

[:) tak apa. semua baik-baik saja
lihatlah barang empat-lima hari
semua juga segera lupa. :)]

bapak, memang begitulah biasanya
tapi yang ini berbeda: memberimu isyarat, bahkan aba
untuk sigap mengubah diri atau menyingkir dini
waktu mendesak, bapak; di mana-mana berkobar api!

SONDANG HUTAGALUNG (1989 - 2011) : http://www.facebook.com/media/set/?set=a.315655111792635.83732.158632180828263&type=3

Untuk Kawan Sondang Hutagalung "PEMBAKAR ISTANA"

Hari ini lahir sebuah kepastian langkah
Kau telah menentukan hari dihidupmu menjadi hari hari kita semua
Abu Jasadmu menafasi perlawanan terhadap penindasan manusia atas manusia
Penindasan rezim atas Bangsanya
Hatimu telah menyenandungkan Harapan dan menelanjangi jiwa angkara berkedok mahkota
Hakikatnya jauh lebih menjijikkan karena membangun luka lama nan seharusnya sirna

Kawan Sondang
Dalam jiwa pejuangmu kamu adalah kamu
Salah satu pengemban percikan darah Soekarno
dan hanya pengecut serta penindaslah yang menyebut kamu mati
Sesungguhnya menelanjangi dunia
Sesungguhnya kau berhasil membakar istana

Kawan Sondang
Tuhan telah menantimu
dan kami mengkafanimu dengan doa

By P Dimas Nugroho

Rabu, 07 Desember 2011

Turis Asal Indonesia Dikacangiin di Korea


Inti dari video di atas adalah
ada 2 orang tourist yg ( pura pura ) mennyakan arah ke coex mall. yang satu orang bule,.. yang satu lagi orang indonesia, namanya Gunawan
dan ternyata orang korea sanga ramah kepada orang bule dan oran indonesia dikacangin kasian tuu si gunawan.

guys, gue barusan chatting sama temen gue yg hampir setahun di korea. dia bilang gini nih...

Yuli Nugraha (Dec 05 6:58 PM):‎ bntar w liat dlu
melati_she (Dec 05 6:59 PM):‎ jiaaah gw kira udah diliat
Yuli Nugraha (Dec 05 7:01 PM):‎ bntr mel..buffer lama
melati_she (Dec 05 7:07 PM):‎ yiaah
Yuli Nugraha (Dec 05 7:07 PM):‎ blm sape abis

Yuli Nugraha (Dec 05 7:10 PM):‎ mang knpa mel?
melati_she (Dec 05 7:11 PM):‎ gue mau tau pendapat lo aja

melati_she (Dec 05 7:11 PM):‎ bener ato gak org korea kaya gitu
Yuli Nugraha (Dec 05 7:12 PM):‎ bntar...blm slsee buffering

Yuli Nugraha (Dec 05 7:12 PM):‎ mang knp videonya?

Yuli Nugraha (Dec 05 7:14 PM):‎ iyah

Yuli Nugraha (Dec 05 7:14 PM):‎ bner bgt

Yuli Nugraha (Dec 05 7:14 PM):‎ korea emang anjing
melati_she (Dec 05 7:20 PM):‎ masa sih?

melati_she (Dec 05 7:20 PM):‎ berarti bener kaya gitu ya?

melati_she (Dec 05 7:20 PM):‎ org indonesia dicuekin disana?
Yuli Nugraha (Dec 05 7:20 PM):‎ yup

Yuli Nugraha (Dec 05 7:20 PM):‎ beda sma jepang

Yuli Nugraha (Dec 05 7:20 PM):‎ beda bgt
melati_she (Dec 05 7:21 PM):‎ kira2 kenapa tuh org korea kaya bgitu sm org indonesia?
Yuli Nugraha (Dec 05 7:21 PM):‎ g sma orang indo...pokoknya dia mrasa paling jago seasia..

Yuli Nugraha (Dec 05 7:22 PM):‎ sama philipine, myanmar..or yg kulitnya g putih deh
melati_she (Dec 05 7:22 PM):‎ oo gitu...

melati_she (Dec 05 7:23 PM):‎ emg kl jepang gmn?
Yuli Nugraha (Dec 05 7:26 PM):‎ klo ada turis poloisi nanya maw kmna?..klo orang lain ditanya mw kmna?klo udah mlm dianterin pake mobil
melati_she (Dec 05 7:27 PM):‎ maksudnya gmn yul?
Yuli Nugraha (Dec 05 7:28 PM):‎ klo kita dijepang..trus udah malem..pasti ada yg nanya ..cos dikira kitanyasr..tmn gw balik kepelabuhan dianter orang pake mobil..bikin malu indonesia ajah
melati_she (Dec 05 7:29 PM):‎ beda banget yah berarti smkorea

melati_she (Dec 05 7:30 PM):‎ cckckckkcck parah deh

Saya udah pernah ke Seoul. Buta arah, jalan dst, karena saya adalah single traveller. Wajar kalau saya selalu nanya ke orang2 lewat. Dan mereka ramah2 aja menjawab. malah ada yang deketin saya karena tau saya bingung setengah mati. Dia nanya mau ke mana. Malah ada yang minta ngikutin dia, karena ke arah yang sama. Saya percaya aja. Dan emang bener...Kesimpulan saya waktu itu: orang korea ramah2...Jadi tidak semua mengalami yang terjadi ama saudara Gunawan...

Sumber : http://forum.vivanews.com/internasional/245524-tourist-asal-indonesia-dikacangiin-di-korea.html

Payudara turis Taiwan terbuka, bajunya dipeloroti monyet di Bali


Mahasiswi Taiwan mendadak menjadi model dan terkenal setelah berlibur di Bali. Ia digerayangi oleh beberapa monyet, bajunya ditarik-tarik sampai payudaranya terbuka. Peristiwa itu kebetulan ada yang mengadikannya dengan kamera, lalu fotonya beredar ke seluruh dunia.

Charmian Chen,mahasiswi yang dimaksud, baju atasnya di tarik oleh monyet saat Chen menikmati monkey forest di daerah Ubud. Mungkin monyet tersebut merasa Chen terlalu banyak mengenakan pakaian. Tentu hal ini mengejutkan dan membuat malu Chen. Wajahnya merah merona saat itu.

Rupanya kejadian ini dipicu oleh jagung yang jatuh ke arah Chen. Gambar kejadian telah menjadi berita utama di stasiun televisi Taiwan. Telah pula menyebar ke seluruh dunia, muncul di situs blog dan forum di AS dan Inggris.

Saat Chen kembali ke Taiwan,banyak sekali yang minta Chen untuk menambah teman di Facebook.

Chen sepertinya senang atas kejadian ini.Ia pun sempat diberi julukan gadis monyet.

Sumber : http://www.berita2.com/daerah/bali/11132-payudara-turis-taiwan-terbuka-bajunya-dipeloroti-monyet-di-bali.html

Minggu, 04 Desember 2011

Hati-Hati Cari Jodoh Lewat Situs Internet



 inkingrey.comLiputan6.com, Hubei: Berkencan lewat dunia maya memang tengah diminati para eksekutif muda. Namun, tak jarang pelakunya mendapatkan pengalaman yang tidak mengenakkan. Li Zing salah satunya. Pria asal Cina ini mengamuk tatkala gadis yang ditemuinya lewat sebuah situs kencan ternyata tidak sesuai harapan.

Seperti dilansir Digital Spy, baru-baru ini, Zing sengaja mendaftar ke situs kencan yang namanya dirahasiakan ini untuk mencari calon istri. Zing benar-benar kecewa setelah bertemu langsung dan menerima fakta bahwa sang gadis tidaklah secantik foto yang dipajang di situs kencan tersebut. Zing pun langsung mendaftarkan tuntutan ke pengadilan setempat. Zing ingin agar seluruh uang yang ia telah keluarkan untuk membayar biaya pendaftaran di situs kencan itu dikembalikan.

"Kami mengirimkan seseorang yang kami pikir sesuai dengannya. Lagi pula dia bukanlah seorang bintang film dan kami masih berusaha untuk mencarikannya seorang calon istri," ujar juru bicara situs kencan tersebut. (Vin)


Sumber :  http://gayahidup.liputan6.com/read/364196/hatihati-cari-jodoh-lewat-situs-internet

Note  : yg register nya pake duit aja dibikin kecewa, apalagi register gratis macam Fb... yg pasti sih bukan kecewa tapi bencana.... hehehe, niatnya  cari istri, hasilnya malah jeruk makan jeruk...