Pacaran sebuah kata yang sangat menarik untuk dibicarakan. Sekan tak ada
usainya, sepanjang roda dunia ini masih berputar. Pro-kontra
mengenainya pun sudah ada sejak pacaran itu sendiri ada, yang menurut
saya sudah ada sejak diciptakannya Hawa –ibu bangsa manusia. Adalah hal
yang wajar bagi generasi muda untuk selalu ingin tahu tentang segala
sesuatu, bahkan akan menjadi aneh bila orang muda tidak ingin banyak
tahu. Demikian juga tentang pacaran, generasi
muda Islam saat ini pun seringkali menanyakan hal pacaran. Namun
kebanyakan yang ditanyakan adalah mengenai fikih pacaran. Intinya
kebanyakan mereka bertanya, “Sebenarnya boleh tidak sih, pacaran itu?�?
atau, “Ada tidak sih pacaran yang Islami itu?�? dan pertanyaan lain yang
senada. Jawaban sang ustadz pun berbeda-beda. Ada yang dengan keras
melarang dengan mengatakan “Pacaran itu haram!�? ada juga yang agak
“remang-remang�? boleh lah asal tidak kebangetan. Namun saya sangat
tertarik dengan jawaban Ustadz Wijayanto mengenai pertanyaan ini. Beliau
menjawab pertanyaan itu dengan jenaka dan diplomatis, “Dalam Islam
tidak ada larangan maupun anjuran untuk berpacaran. Tidak ada dalil yang
mengatakan ‘wala pacaranu inna pacaranu minassyayatiin’ atau
‘fapacaranu, inna pacaranu minattaqwa’ .�? Saya sepakat mengenai hal
ini, karena memang pacaran itu sendiri tidak jelas definisinya. Cobalah
Anda tanya pada beberapa anak SMP atau SMA dari berbagai komunitas dan
kelompok. Pasti akan muncul berbagai definisi berbeda mengenai pacaran.
Ada yang bilang pacaran itu jalan bareng sama seseorang yang kita cintai
dan mencintai kita. Wah berarti jalan bareng sama bapak ibu juga
pacaran dong? Yang lain bilang pacaran itu menyepi, ngobrol berduaan
dengan kekasih hati. Nah yang ini malah sering dilakukan sama Pak Ustadz
dan santri-santrinya saat sepuluh hari terakhir Ramadhan, alias
iktikaf. Ada juga yang bilang pacaran itu ketemu dengan orang yang kita
cintai, entah rame, entah sepi, pokoknya ketemu trus ngobrol, bertukar
pikiran, atau diskusi. Naah… yang ini malah mirip acaranya anak-anak
TSC* saban sore tuh! Sementara yang lain bilang pacaran itu jalan
bareng, makan, atau nonton, atau shopping di mall bareng kekasih hati.
Yaaa… yang ini sih acaranya anak borju, kelaut aje…. So, karena gak ada
definisi jelas tentang pacaran, maka hukum pacaran sendiri jadi gak bisa
begitu saja diputuskan. Kata Dr. Yusuf Qardhawi jangan mudah
mengharamkan sesuatu, apalagi yang belum jelas definisinya. Nah,
sekarang coba kita rumuskan definisi umum pacaran, alias akan adakah
benang merah yang dapat kita tarik dari timbunan terigu kebingungan
kita. Atau tepatnya, kita mencoba mencari irisan dari semua himpunan
definisi yang tadi udah kita cari, yang ternyata jumlahnya banyak dan
beda-beda semua. Akan saya coba rumuskan bahwa pacaran itu adalah
interaksi antara dua orang manusia berbeda jenis kelamin yang saling
mencintai sebelum menikah. Karena dari berbagai definisi tadi yang cukup
mewakili untuk disebut sebagai irisan adalah kata interaksi, saling
mencintai dan berlainan jenis kelamin, serta belum menikah. Atawa kita
sebut aja interaksi pra-marital dengan dasar saling ketertarikan atau
saling mencintai. Nah dengan definisi ini akan mudah bagi kita untuk
mengetahui hukum pacaran itu, atau adakah pacaran yang Islami itu.
karena sekali lagi dalam Islam tidak pernah diatur, atau ada dalil yang
melarang “pacaran�?. Yang ada dalam Islam adalah aturan-aturan dalam
berinteraksi dengan manusia. Bagaimana kita berinteraksi dengan orang
tua, dengan teman, guru, Nabi, semua ada aturannya dalam Islam.
Interaksi yang sesuai dengan kaidah Islam berati Islami, sementara yang
tidak sesuai adalah tidak Islami. Dengan definisi dasar bahwa pacaran
itu adalah interaksi dan saling mencintai, maka pacaran secara dasar
hukum adalah netral. Karena interaksi dalam Islam itu adalah netral,
akan tergantung bentuknya. Sementara tidak ada larangan bagi umat Islam
untuk mencintai lawan jenisnya. Dengan demikian sekali lagi pacaran
adalah netral, tergantung bagaimana kita melakukannya. Dengan netralnya
pacaran, berarti pula ada pacaran yang Islami dan ada pacaran yang tidak
Islami. Lebih lanjut lagi jika kita tinjau dari segi asal kata, pacaran
berasal dari kata dasar “pacar�?, yang artinya kurang lebih adalah
seseorang –lawan jenis tentunya- yang kita cintai namun belum menikah
dengan kita. Maka semakin jelaslah bahwa pacaran itu adalah netral.
Karena sekali lagi bahwa mencintai seseorang lawan jenis adalah tidak
terlarang dalam Islam. Seperti kisah Umar bin Abu Rabi’ah tentang
seorang pemuda Arab yang lagi jatuh cinta, yang dilukiskan dengan begitu
indah di dalam buku “Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam
Rindu�?, yang terkenal itu. Baca sendiri dah kisahnya, gak kalah
romantis sama kisah Romeo dan Juliet yang fiksi itu. Selanjutnya pula
berati pernyataan bahwa tidak ada pacaran Islami, atau tidak ada pacaran
dalam Islam itu kurang tepat. Atau lebih tepatnya, adalah sepihak
pernyataan yang menyatakan tidak ada pacaran Islami itu, karena setelah
kita kaji lebih lanjut, ternyata kata pacaran itu sendiri bersifat
netral, seperti halnya seni. Seni dalam Islam adalah netral, tergantung
bagaimana kita melakukannya, bisa jadi seni itu haram, ketika seni
tersebut tidak sesuai kaidah Islam, namun juga sebaliknya. Namun
kemudian muncul pandangan baru yang menyatakan tidak boleh mencintai
lawan jenis sebelum menikah! Sebuah pernyataan yang agak naif dan sulit
untuk dibenarkan. Selain tidak ada dalil naqli-nya, juga sangat lemah
dalam logika manusiawi. Sederhana saja, Nabi memerintahkan kita
“Wanita-wanita dinikahi karena kecantikannnya, hartanya, nasabnya, dan
agamanya….�? dan seterusnya sampai akhir hadits. Dari potongan hadits
tadi dapat kita simpulakn bahwa Nabi menyuruh kita untuk memilih wanita
–dalam hal ini untuk pria- yang akan kita nikahi. Apa artinya memilih?
Memilih artinya mengunakan kecendrungan –rasa- untuk memutuskan pilihan
dari beberapa variabel yang ada. Misalnya saja saat Anda ingin membeli
mie ayam, dari sekian banyak warung mie ayam, Anda akan memilih warung
yang paling Anda sukai (baca: cintai). Adapun mengapa Anda membuat
pilihan itu, akan ada banyak variabel yang membuat Anda menentukan
pilihan itu. Misalnya saja karena rasanya enak, warungnya bersih, atau
karena penjualnya ramah. Nah akumulasi dari variabel yang Anda jadikan
ukuran itu disebut rasa, hasrat, atau cinta. Artinya Anda lebih
mencintai untuk makan mie ayam di tempat X ketimbang di tempat lain.
Demikian juga dalam memilih pasangan hidup, Andapun akan punya banyak
variabel yang menjadi ukuran dalam menentukan pilihan Anda. Misalnya
saja, Anda memilih yang cantik –ini pun akan sangat subjektif, misalnya
saja cantik menurut Anda adalah yang tinngi, semampai, manja dan
imut-imut serta ceria-, yang muslimah, yang kaya, atau yang anak Pak
Lurah. Nah akumulasi dari kriteria yang Anda jadikan ukuran inilah yang
disebut dasar cinta atau sebab cinta. Anda akan lebih mencintai seorang
gadis yang cantik, muslimah, kaya, dan anaknya Pak Lurah, ketimbang
gadis lain yang tidak sesuai dengan kriteria Anda ini. Artinya apa?
Tidak mungkin Anda memilih seorang istri atau suami tanpa mencintainya
terlebih dahulu sebelum menikah! Jika tidak, maka Anda akan segera
bercerai! Kisah ini sudah ada di zaman Nabi dahulu. Dimana perceraian
rumah tangga seorang sahabat terjadi karena memang sang istri tidak
mencintai sang suami. Seperti dalam kisah pernikahan Tsabit bin Qais
dengan Habibah binti Sahl yang terpaksa harus berakhir karena Habibah
tidak mencintai Tsabit. Dan ini diperkenankan Nabi. Artinya Nabi jelas
menginginkan suatu rumah tangga itu dibangun atas dasar saling cinta.
Nah untuk mencegah perceraian yang cukup tragis seperti ini perlulah
sebuah pernkahan itu dibangun atas dasar saling mencintai. Sebenarnya
inti dari resistensi kalangan aktivis yang menolak pendapat saya adalah,
bahwa mereka menganggap terobsesi pada seseorang akibat cinta mendalam
itu adalah sebuah dosa. Mereka menganggap bahwa mencintai seseorang
sampe gak bisa tidur, gak doyan makan, adalah sebuah big sin, dosa
gedhe. Alasannya, nanti kalao ibadah ntar jadi gak ikhlas, niatnya
karena si yang dicintai itu, bukan karena Allah. Ujung-ujungnya ntar
bisa syirik. Whii syerem gitu. Padahal kalau mau jujur, sebenarnya bukan
cuma cewek or cowok kita yang bisi bikin niat kita jadi gak bener.
Ustadz, babe, nyak, engkong, encing, dosen, murabbi, temen, jamaah di
masjid, semua bisa bikin kita punya niat jadi gak lurus. Bahkan
anak-anak dan preman yang nongkrong di pinggir jalan dan sering godain
kita, saat kita brangkat ke masjid bisa bikin kita jadi brubah niat jadi
arogan dan pengen dikatain “Tuh yang ahli surga, kerjanya ke mesjid
mulu!�?. Sementara di dalam hati tanpa sadar kita bilang “Ntar loe pade
jadi kerak nerake, gare-gare kagak pernah jamaah di masjid, mampus
loe!�?. Artinya sale besar kalo menjadikan cinta kita pada kekasih kita
menjadi satu-satunya penyebab utama melencengnya niat kita. Sementara
itu gak pernah ada yang bingung dan ribut melarang kita punya murabbi,
dosen, guru, temen, yang juga bisa bikin niat kita melenceng. Padahal
kalau mereka membaca sejarah para sahabat, seharusnya mereka tidak
mempunyai pendapat seperti itu, banyak juga para sahabat yang truly,
madly, deeply, loving a woman. kita simak lagi sejarahnya Abdullah bin
Abu Bakar yang begitu love-nya sama Atikah sehinga saat dipaksa bercerai
(yang artinya saat itu Atikah bukan apa-apanya Abdullah, tidak ada
ikatan pernikahan) oleh ortunya –yang khawatir Si Abdul jadi over loving
her and forget Lord- jadi seperti orgil. Suka ndomblong di depan rumah
dengan tatapan kosong, ra doyan maem, bikin syair tentang rindu. Toh gak
ada yang nuduh Abdullah jadi rada sesat gara-gara itu. Malah akhirnya
mereka dirujukkan kembali, artinya babenya Abdul tidak ngelarang cinta
mereka. Ini juga menyangkal anggapan mereka yang mengatakan boleh cinta
tapi tidak boleh mengekspresikannya sebelum menikah. Buktinya Abdul juga
bikin puisi cinta, dan juga ekspresi sedihnya yang jelas menunjukkan
kerinduannya pada sang kekasih hati. Dengar juga komentar sang Pintu
Kota Ilmu, Ali bin Abi Thalib, saat pernikahan Atikah dengan Umar bin
Khattab. Minta ijin sama si suami tuk sekedar nginjen manten perempuan
and bilang, “Wahai wanita yang berada di tempat yang tinggi, aku
bersumpah tak akan mengalihkan pandanganku darimu agar kulitku
menguning…�? what a love?!! Belum puas? Baca kisah Umar bin Abdul Aziz
yang terobsesi pada seorang budak yang cantik, walaupun akhirnya dia
mengembalikannya pada keluarganya. Baiknya jangan menjadi orang yang
ramutu dan mengingkari fitrah dan mengada-adakan dalil yang ngelarang
kita mencintai lawan jenis sebelum menikah. Bahkan Utsman bin Affan pun
berkata bahwa dirinya adalah seseorang yang amat suka pada wanita.
Mencintai bukanlah sebuah dosa. Dosa itu adalah ketika kita, melakukan
khalwat, bersentuhan, berkata-kata dengan menggoda, dan zina itu
sendiri. Jangan ghuluw dengan membuat batasan-batasan yang tidak pernah
disyariatkan oleh Allah dan RasulNya. Cukuplah apa yang Allah dan
rasulNya berikan. Ikatan hati sebelum nikah bukanlah sebuah dosa. Dosa
adalah perbuatan yang melanggar secara hukum fikih, dan dosa urusan
Allah dengan hambanya. Ikatan hati selama dalam koridor syariat tiada
berdosa. Namun muncul perdebatan lain. Mencintai lawan jenis akan
mengalahkan cinta kita kepada Allah. Saya pikir ini sangat subjektif.
Namun dapat kita ukur dengan mudah. Caranya? Mudah saja, ketika Anda
mencintai seseorang, apa yang menjadi ukuran Anda untuk mencintainya.
Misalnya saja Anda mencintai seorang gadis karena dia seorang gadis
muslimah dan berjibab, suka mengaji dan berdakwah, santun akhlaknya.
Jelaslah bahwa Anda lebih mencintai Allah ketimbang si gadis. Karena
yang menjadi ukuran Anda untuk mencintai si gadis adalah ukuran-ukuran
yang telah diberikan Allah. Ketika kemudian si gadis menjadi tidak
berjilbab, nakal, dan urakan, maka cinta Anda pada si gadis akan luntur,
dan Anda akan bilang pada si gadis, “Kalo Loe kagak berubah, kelaut
aje….�? karena si gadis sudah tidak lagi sesuai dengan ukuran-ukuran
yang Anda jadikan kriteria untuk mencintainya. Jika Anda memang
mencintai si gadis lebih dari Allah maka akan mudah saja. Anda akan
menerima si gadis apa adanya. Entah dia ndugal, urakan, pakaian mini,
gaul bebas, gak peduli! Yang penting saya cinta dia. Naaah kalau sudah
begini barulah cinta ini berbahaya, dan harus segera direvisi. Lain lagi
dengan seorang teman saya. Dia mencintai seorang gadis namun karena si
gadis ternyata baru memenuhi sebagian dari ukuran-ukuran cintanya, maka
dia berkata pada saya “Saya tidak bisa mencintainya karena dia belum
sesuai dengan ketentuan Tuhan saya.�? Kemudian saya bilang, “Lo, kenapa
tidak Kamu buat dia menjadi sesuai dengan syariat Tuhan, ajarin dia
dong! Ajak ngaji. Kan Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
kecuali dia berusaha mengubahnya.�? Dia balas menjawab, “Saya takut saya
mengubahnya bukan karena Tuhan saya tetapi karena saya mencintai dia.�?
Kedengarannya teman saya ini benar. Namun coba Anda renungkan lagi,
sebenarnya dia berbuat itu untuk siapa? Untuk si gadis atau untuk Tuhan?
Saya akan dengan mantap bilang “Jika Anda berusaha mengubah dia agar
sesuai dengan syariat Tuhan, maka Anda telah berbuat untuk Tuhan!�?
mengapa? Karena apa yang Anda lakukan itu agar dia sesuai dengan
kehendak Tuhan arinya jelas-jelas Anda lebih mencintai Tuhan ketimbang
si gadis. Jika Anda berbuat itu karena si gadis, buat apa repot-repot
mengajak ngaji dan sebagainya. Karena Anda kan segera meneriama si gadis
apa adanya. Entah dia sesuai atau tidak dengan aturan Tuhan. Nahhh,
setelah tulisan yang panjang dan bertele-tele ini, kembali kita ke judul
utama. Ada tidak sih pacaran Islami itu? Saya akan berani menjawab ada!
Jadi tidak tepat kalau banyak aktivis dakwah secara “madju tak gentar�?
mengkampanyekan anti pacaran. Karena memang yang namanya pacaran itu
adalah sesuatu yang netral. Lebih tepat kalau aktivis dakwah
mengakampanyekan secara progresif tentang aturan berinteraksi di dalam
Islam. Sehingga objek dakwah menjadi lebih tahu, apa sih yang boleh dan
apa sih yang tidak boleh. Bukannya menambah kebingungan yang berujung
sikap menolak dakwah karena apa yang dikampanyekan tidak jelas dasar
hukumnya. Gimana? Setuju? Seandainya Anda tidak setuju maka marilah kita
dialogkan, mungkin saja saya banyak kekurangan referensi dan kekhilafan
logika. Sesungguhnya segala sesuatu itu kembali pada-Nya. Dan hanya Dia
lah Yang Maha Benar, pemilik kebenaran sejati. Kita hanya mencoba
mengais setetes kebijaksanaan-Nya di tengah samudera Maha Bijak-Nya.
Semoga Tuhan mengampuni semua dosa saya, Anda dan saudara kita semua.
And semoga saja tulisan saya ini ada manfaatnya… ciao!!!
http://fauzansa.wordpress.com/2005/11/09/tidak-ada-pacaran-islami-between-myth-and-fact/
Selasa, 04 Maret 2014
Senin, 03 Maret 2014
♥- Dari kondisi LEMAH ke kondisi LEMAH -♥
Beginilah hidup ini, Awalnya lemah dan akhirnya juga lemah
Ketika masih bayi, kita tidak bisa apa-apa, begitu juga ketika kita sudah tua renta, kita tidak bisa apa-apa.
Maka, Janganlah kita terpedaya/tertipu dengan kehidupan dunia yang sementara ini. Dan mohonlah pertolongan Allah dan perlindungan-Nya dari segala tipuan dunia.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. ....” (QS. Al-Hajj ayat 5)
Semoga Allah menjadikan hidup kita senantiasa dalam naungan hidayah, rahmat & ridho-Nya. Serta mewafatkan kita dalam kondisi husnul khatimah. Aamiin.
-Mari terus berbagi KEBAIKAN-
by. Nizzar B
https://www.facebook.com/nizar.bungkul
※ Memelihara dan Menjaga Shalat ※
Sahabat saudaraku fillah..yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang beriman adalah orang yang selalu berusaha melangkah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, beribadah,bekerja,beramal shaleh dan selalu berusaha merintis jalan ke Surga-Nya.
Hidup di zaman sekarang ini,kita dihadapkan berbagai warna kehidupan yang beraneka ragam,yang cendrung kadang berujung tantangan untuk menjaga dan memelihara shalat fardhu lima waktu.
Meskipun demikian dalam situasi apapun,tentunya kita berharap dan mendambakan, bisa di cintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,karena salah satu amal perbuatan baik,agar dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah menjaga dan memelihara Shalat tepat waktu.
Sahabat saudaraku fillah shalat lima waktu adalah kewajiban utama dan terpenting bagi umat Islam,baik laki-laki maupun wanita wajib mengamalkannya.Shalat sebagai pencegah terhadap perbuatan keji dan mungkar,dan penghapus dosa-dosa.
Perumpaan orang-orang yang yang menjaga shalat lima waktu,laksana mengalir sungai didepan pintu rumahnya,kemudian ia mandi setiap hari lima kali,sehingga tidak ada lagi kotoran yang melekat dalam tubuhnya.Sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih dibawah ini :
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu”Bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda”Bagaimana pendapat kalian jika sekiranya didepan pintu salah seorang diantara kalian,benar-benar mengalir sebuah sungai,lalu ia mandi padanya setiap hari sebanyak lima kali.Adakah masih melekat padanya kotoran/noda?”..
“Jawab para Sahabat”Sama sekali tidak ada sedikitpun kotoran/noda padanya.”kemudian Rasulullah Bersabda”Begitulah perumpamaan shalat yang lima kali itu”Denganya ALLAH berkenan menghapus semua dosanya.”(HR.AnNasa’i,At Tirmidzi,Ibnu Majah dan Ahmad).
※Semoga Manfaat sebagai Renungan buat kita semua,,Selamat menunaikan aktfitas,Saudara-Saudariku Semuanya...※
by. Nizzar B
https://www.facebook.com/nizar.bungkul
Minggu, 02 Maret 2014
Ngerinya Ketika Melintasi Shirathal Mustaqim
Bismillahirrahmaanirrahim,
Pernahkah kita membayangkan menyeberangi sebuah jembatan yang begitu kecil dan tipis seukuran sehelai rambut dibelah tujuh? Begitulah kira-kira kalau kita mengumpamakan Jembatan Shirathal Mustaqim kelak. Sebuah jembatan yang akan menghubungkan Surga dan Neraka.
"Rasulullah SAW mengumpamakan bahwa sifat titian itu adalah lebih tipis daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang." (H.R. Ahmad)
Lalu seperti apakah kelak umat manusia dapat melintasinya?
Perjalanan umat manusia di atas Sirathal Mustaqim dapat ditempuh dengan bermacam-macam keadaan.
Hal itu tercermin dari bagaimana mereka menghabiskan semua waktunya saat hidup di dunia. Berikut adalah macam-macam golongan manusia yang melintasinya :
1. Ada golongan yang dapat melintasinya secepat kilat.
2. Ada golongan yang dapat melintasinya seperti tiupan angin.
3. Ada golongan yang dapat melintasinya seperti burung terbang.
4. Ada golongan yang dapat melintasinya seperti kecepatan kuda lomba.
5. Ada golongan yang dapat melintasinya secepat lelaki perkasa.
6. Ada golongan yang dapat melintasinya secepat binatang peliharaan.
7. Ada golongan yang dapat melintasinya dalam jangka waktu sehari semalam.
8. Ada golongan yang dapat melintasinya dalam waktu selama satu bulan.
9. Ada golongan yang dapat melintasinya selama bertahun-tahun.
10. Ada golongan yang dapat melintasinya selama 25 ribu tahun.
11. Ada golongan yang dapat melintasinya dengan tertatih-tatih.
12. Ada golongan yang langsung terjatuh ke jurang api Neraka.
Rasulullah SAW bersabda,"Dan diletakkan sebuah jembatan diatas Neraka Jahannam, lalu aku dan ummatku menjadi orang pertama yang meniti di atasnya. Para Rasul berdoa pada hari itu : "Ya Allah, selamatkan! Selamatkan! Di kanan kirinya ada pengait-pengaitseperti duri pohon Sa’dan. Pernahkah kalian melihat duri pohon Sa'dan?"
Para sahabat menjawab,"Pernah, Ya Rasulullah."
Lalu Rasulullah SAW melanjutkan,"Sesungguhnya pengait itu seperti duri pohon Sa'dan, namun hanya ALLAH yang tahu besarnya. Maka banyak ummat manusia yang disambar dengan pengait itu sesuai dengan amal perbuatannya di dunia."
(H.R. Muslim)
"Suasana pada saat itu sangatlah mengerikan. Suara teriakan, raungan, jeritan meminta tolong, tangisan, dan ketakutan terdengar dari pelbagai arah. Lebih mengerikan suara gemuruh api neraka dari bawah sirath yang siap menelan orang terjatuh ke dalamnya. Tidak henti-henti Rasulullah SAW dan Nabi-Nabi yang lain termasuk juga malaikat berdoa untuk keselamatan manusia :
“Ya Allah, Selamatkan! selamatkan!"
"Ia (jembatan shirath) adalah sebuah jalan yang sangat licin. Dan kaki sulit sekali berdiri di atasnya." (H.R. Muslim)
Bagaimanapun, berhasil tidaknya kita semua saat melintasi Sirath di akhirat ini adalah wujud hasil daripada titian (jalan) hidup yang kita pilih selama tinggal di dunia. Buah dari segala apa yang telah kita perbuat selama hidup di dunia. Barang siapa yang selalu memilih selalu berada di jalan Allah dan senantiasa bepegang teguh dengan syariat Islam, maka sirath di akhirat ini akan mudah dilalui untuk sampai ke Surga. InsyaAllah.
Akan tetapi sebaliknya..
Jika kita jalani hidup penuh dengan kemaksiatan, maka bersiap-siaplahuntuk diterkam api Neraka yang berkobar-kobar panas membara.
Na'udzu Billahi Min Dzalik.
Rabbana Atina Fiddun-ya Hasanah. Wafil Akhirati Hasanah. Waqina 'Adzaban Nar.
Ya Allah..
Tuntunlah kami pada kebaikan di dunia serta kebaikan di akhirat. Dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.
Aamin
by. Nizar B
https://www.facebook.com/nizar.bungkul
Senin, 02 Juli 2012
Shalat Lebih Baik Daripada Tidur, Hanya Senilai itu?
Apakah
shalat “hanya” lebih baik daripada tidur? Mari kita tanyakan pada diri
sendiri. Apabila kita sangat mengantuk karena begitu lelah setelah
berbagai aktivitas yang kita lakukan; apakah emas, berlian, perhiasan,
uang dan seluruh isi dunia lebih kita pilih daripada tidur? Tentu saja
tidak. Hal ini mirip seperti orang yang sedang tenggelam di lautan.
Baginya, intan permata tidak ada artinya. Justru ban bekas jauh lebih
berharga daripada semua harta kekayaan.
Jadi, shalat tidak hanya lebih baik daripada tidur. Shalat jauh lebih baik daripada seluruh dunia beserta isinya. Shalat mencari kekayaan serta kehidupan hakiki, kenikmatan ukhrawi, surga nan abadi serta perjumpaan dan keridhaan Ilahi Rabbi.
Mengapa bangun untuk melaksanakan shalat Subuh terasa lebih berat? Selain karena kelelahan, ada juga alasan lainnya. Pada saat tidur pulas di waktu malam, setan berusaha untuk meninabobokan kita supaya tetap istirahat. Rasulullah asw. (‘alayhish shalâtu was salâm) bersabda :
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ : يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ، عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيْلٌ فَارْقُدْ، فَإِنِ اسْتَيْـقَظَ فَذَكَرَ اللهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، وَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَأَصْـبَحَ نَشِيْطًا طَيِّبَ النَّفْسِ، وَإِلاَّ أَصْـبَحَ خَبِـيْثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ
Setan akan mengikat ujung kepala kalian ketika sedang tidur dengan tiga ikatan. Pada setiap ikatan setan akan dibisikkan, “Kamu masih memiliki malam panjang, maka tidurlah.” Jika engkau bangun dan mengingat Allah, maka akan terlepaslah ikatanmu yang pertama. Apabila engkau kemudian berwudhu, maka akan terlepaslah ikatan kedua. Dan jika engkau melakukan shalat, maka akan terlepaslah ikatanmu yang ketiga. Jika engkau tidak melakukan ketiga hal itu, niscaya hatimu akan menjadi sesat dan malas. (HR Bukhari dan Muslim)
Berikut ini hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan shalat Subuh, yang memang lebih berat untuk dilaksanakan. Rasulullah saw. bersabda :
يَتَعَاقَبُوْنَ فِيْكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُوْنَ فِيْ صَلاَةِ الْفَجْرِ وَصَلاَةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِيْنَ بَاتُوْا فِيْكُمْ فَيَسْـأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِيْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ
Malaikat-malaikat malam hari dan malaikat-malaikat siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan shalat Ashar, kemudian malaikat-malaikat yang mengawasi kalian semalam suntuk naik (ke langit). Allah menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui dari mereka, “Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?” Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan shalat, dan kami datangi mereka dalam keadaan mengerjakan shalat pula.” (HR Bukhari, Muslim dan an-Nasa’i)
Jabir bin Abdullah al-Bajalli berkata, “Kami berada di samping Nabi saw. pada suatu malam, maka Nabi melihat bulan purnama sambil berkata,
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَتَضَامُّوْنَ فِيْ رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْـتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوْا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا فَافْعَلُوْا
“Kalian akan melihat Tuhan sebagaimana kalian melihat bulan ini, tidak silau karena melihatnya. Maka sebisa mungkin, jangan sampai dikalahkan untuk shalat sebelum terbit matahari (Subuh) dan sebelum terbenamnya (Ashar). Cepatlah kamu kerjakan!” (HR Bukhari dan Muslim)
Utsman bin Affan ra. menuturkan, “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda,
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِيْ جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ، وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِيْ جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلِ كُلَّهُ
“Siapa yang shalat Isya’ berjamaah, seolah-olah bangun setengah malam (seperti shalat separuh malam). Siapa yang shalat Subuh berjamaah, maka bagaikan shalat semalam penuh.” (HR Muslim)
Bahkan, Nabi saw. menyatakan bahwa dua rakaat sebelum Subuh (shalat sunnah Qabliyah Subuh) nilainya lebih baik daripada dunia dan semua yang ada di dalamnya.
رَكْعَتَا اْلفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
Dua rakaat shalat sunnah Subuh lebih baik daripada dunia dan semua yang ada di dalamnya. (HR Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)
Maksud hadits tersebut yaitu seandainya kita memiliki semua yang ada di dunia ini kemudian menyedekahkannya, maka nilainya tidak akan sama dengan shalat Qabliyah Subuh. Oleh karena begitu besarnya nilai shalat ini, para ulama menasihatkan agar kita tidak meninggalkannya. Walaupun kita shalat Subuh sendirian di rumah, janganlah kita lupakan shalat sunnah ini.
Kalau keutamaan shalat sunnah Qabliyah Subuh saja seperti itu, bagaimana dengan shalat fardhu Subuh? Tentu kita bisa mengkalkulasi sendiri sebesar apa keutamaannya.
Agar senantiasa bisa berbakti kepada-Nya, marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah :
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلـٰوةِ وَمِنْ ذُرِيَّتِيْ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan keturunanku orang yang mendirikan shalat (sujud menyembah Engkau). Ya Tuhan kami, perkenankanlah permohonan kami ini. (QS Ibrâhîm [14] : 40)
Daftar Pustaka :
- A. Hassan, “Tarjamah Bulughul Maram”, Penerbit Diponegoro, Cetakan XXIII, Oktober 1999
- ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Sentuhan Spiritual ‘Aidh al-Qarni (Al-Misk wal-‘Anbar fi Khuthabil-Mimbar)”, Penerbit Al Qalam, Cetakan Pertama : Jumadil Akhir 1427 H/Juli 2006
- Ibnu Hajar al-‘Asqalani, al-Hâfizh, “Bulûghul Marâm – Min Adillatil Ahkâm”
- Maktabah Syamilah al-Ishdâr ats-Tsâniy
اَلصَّـلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ
Seorang
teman bertanya, “Pada saat adzan Subuh, ada seruan bahwa shalat lebih
baik daripada tidur. Kenapa begitu, ya? Kenapa nilai shalat hanya lebih
baik daripada tidur? Kalau begitu, rendah sekali ternyata nilai shalat
itu.”
Senang sekali rasanya mengetahui bahwa saat ini semua orang semakin kritis. Hal yang dulu hanya diterima sebagai teori, bahkan sebagian orang mengatakan dogma, saat ini sudah diimplementasikan dalam tataran akal. Alhamdulillâh. Bukankah akal memang diciptakan untuk mengokohkan iman? Namun, jangan lupa, iman harus tertanam dulu, baru kemudian akal menguatkannya.
Sebelum
kita bahas pertanyaan tersebut, marilah kita ingat lagi asal mula
kalimat adzan seperti yang sering kita dengar, barangkali kita sudah
melupakannya. Maklum, bukankah manusia itu tempat salah dan lupa?
Setelah itu kita bahas mengapa hanya adzan Subuh yang ada tambahan
kalimat tersebut. Terakhir, marilah kita lihat apakah nilai shalat
“hanya” lebih baik daripada tidur, seperti kata teman penulis tadi.
Di kitab “Bulûghul Marâm – Min Adillatil Ahkâm”
terdapat hadits ke-190 yang menerangkan tentang adzan dan iqamah. Pada
masa-masa awah hijrah, kaum muslimin bermusyawarah tentang bagaimana
cara memanggil orang untuk shalat berjamaah lima waktu. Ada yang usul
agar membunyikan lonceng. Namun pendapat ini tidak disetujui karena cara
tersebut digunakan oleh orang Nasrani. Pendapat lain mengusulkan agar
ditiup terompet, namun ditolak juga karena cara ini dilakukan oleh
orang-orang Yahudi. Ada yang usul dengan kalimat “ash-Shalâh ash-Shalâh”,
dan dipilihlah kalimat ini sebagai seruan untuk shalat. Ada juga
riwayat yang menyatakan beberapa kalimat lain untuk ajakan shalat.
Suatu malam Sahabat Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbah ra. bermimpi bertemu seseorang yang mengajarkan cara adzan dan iqamah. Keesokan paginya, Abdullah bin Zaid datang kepada Rasulullah saw. dan menceritakan mimpinya. Rasulullah bersabda,
إِنَّهَا لَرُؤْياَ حَقٍّ
“Sesungguhnya (yang demikian) itu mimpi yang benar.” (HR Ahmad dan Abu Daud, disahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah)
Dalam
riwayat lain diceritakan bahwa Umar bin Khattab juga bermimpi yang
sama. Akhirnya adzanlah yang digunakan untuk memanggil umat Islam dalam
rangka menunaikan shalat berjamaah. Adzan adalah sebuah seruan yang
membahana, menggema di angkasa dan memenuhi seluruh pelosok.
Adapun lafadzh adzan sebagaimana yang kita dengar selama ini. Sedangkan lafazh iqamah, ada perbedaan mengenai jumlah bilangan takbir. Sebuah riwayat dua kali, di riwayat yang lain satu kali. Semuanya benar, jadi tidak perlu diperselisihkan.
Untuk shalat Subuh disunnahkan dua kali adzan. Adzan pertama dikumandangkan sebelum waktu Subuh yang berfungsi membangunkan orang tidur. Adzan kedua ketika sudah masuk waktu Subuh yang berfungsi mengajak orang mengerjakan shalat.
Di kitab “I‘ânah ath-Thâlibîn” terdapat penjelasan tentang tambahan kalimat “Ash-Shalâtu khayrum minan nawm”, yang disebut dengan tatswîb. Sahabat Bilal pernah mengumandangkan adzan Subuh, kemudian dikabarkan kepadanya bahwa Nabi saw. sedang tidur, lalu Bilal menambahkan lafazh :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. اَلصَّـلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ
Semoga salam, rahmat dan barakah dari Allah tetap atasmu wahai Nabi. (Pahala) shalat lebih baik daripada (kelezatan) tidur.
Nabi Muhammad saw. bersabda :
اِجْعَلْهُ فىِ تَأْذِيْنِكَ لِلصُّبْحِ
Jadikanlah tatswîb itu pada adzan Subuhmu.
Ada juga yang mengatakan bahwa Bilal menambahnya karena saat itu banyak sahabat yang belum bangun, diakibatkan kelelahan yang sangat sehabis berperang. Wallâhu a‘lam.
Disunnahkan tatswîb sebanyak dua kali setelah “hayya ‘alal falâh” berdasarkan hadits riwayat Abu Daud dengan jalur perawi yang baik. Hal ini dinyatakan dalam kitab “Syarah al-Muhadzdzab”. Kesunnahan tersebut berlaku untuk adzan sebelum Subuh maupun saat Subuh, meskipun penduduk Mekah menentukan tatswîb ini untuk adzan kedua saja dengan tujuan untuk membedakan dengan adzan pertama.
Apa pun riwayat yang kita jadikan dasar, tidur malam memang begitu nikmat sehabis melakukan aktivitas yang sangat melelahkan. Memang, ada sebagian dari kita yang aktivitasnya tidak terlalu berat, sehingga tidurnya cukup. Namun, sebagian dari kita yang lain mempunyai aktivitas yang sangat padat, sehingga tidur malam adalah jeda untuk melepas penat dan letih. Pada masa Rasulullah, aktivitas harian para sahabat tidak seperti kita, yaitu belajar, bekerja dan bermasyarakat. Kadang kala mereka harus berperang untuk menegakkan agama Allah. Bukankah hal itu sangat menguras tenaga?
Tambahan kalimat tatswîb tercantum juga di kitab “Bulûghul Marâm – Min Adillatil Ahkâm” hadits ke-191 yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Khuzaimah.
اَلصَّـلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ
Shalat itu lebih baik daripada tidur.
Adapun cara menjawabnya, Rasulullah mengajarkan :
صَـدَقْتَ وَبَرَرْتَ وَاَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِـدِيْنَ
Engkau benar, engkau telah berbuat baik, dan aku termasuk golongan orang-orang yang menyaksikan.
Selasa, 26 Juni 2012
Karena Bung Karno, Makam Imam Bukhori diperbaiki...
Soekarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaikinya. Ia
bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia apabila
Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat
makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya…
SAAT itu. Jumat (25/11), tim ekspedisi tengah melintas Kota Samarkand, Uzbekistan, dalam perjalanan menuju Turkmenistan. Langit sudah gelap.
[
Kompleks makam Imam Bukhari yang megah terlihat laksana istana raja. Penerangan di sana seadanya karena sudah tidak ada lagi peziarah yang berkunjung.
Imam Bukhari ialah seorang pengumpul hadis sahih Nabi Muhammad SAW. Makamnya terletak di Samarkand, Uzbekistan. Tim Fas-tron Europe-Asia Metro TV Expedition 2011 mendapat kesempatan langka berziarah ke sana, bahkan langsung masuk ke ruang bawah tanah tempat jenazah Imam Bukhari bersemayam. Padahal biasanya para peziarah yang berasal dari berbagai suku bangsa hanya boleh masuk sampai ruang atas kompleks permakaman.
Kompleks serta-merta menjadi terang benderang kala perwakilan ekspedisi menemui pengelola makam dan mengungkapkan bahwa rombongan berasal dari Indonesia dan ingin berziarah.
Tak lama kemudian, Rahmatullo Sultonov, juru kunci makam yang berjilbab, hitam, keluar dari bangunan dan langsung mengarah ke ruang bawah tanah makam Imam Bukhari. Anggota ekspedisi diminta melepaskan sepatu sebelum masuk ruangan yang beralaskan karpet warna hijau tersebut.
Ruangan berdinding batu bata itu mampu menampung sekitar 10 orang, dilengkapi bangku untuk para peziarah. Makam ada di tengah ruang, berselimutkan kain hitam, bertulisan Arab warna kuning. Nuansa begitu khidmat saat berada di sana.
Setelah mengajak anggota tim ekspedisi untuk membaca beberapa surah pendek Alquran, Rahmatulloberkisah, kompleks permakaman Imam Bukhari tidak mungkin seindah dan semegah itu tanpa peran Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.
Ketika Uzbekistan masih termasuk Uni Soviet, Soekarno-dalam sebuah kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet pada 1959-pernah meminta petinggi Partai Komunis untuk mencarikan makam orang suci Islam yang sangat terkenal bernama Imam Bukhari.
Setelah tiga hari pencarian, makam Imam Bukhari ditemukan. Soekarno naik kereta dari Moskow ke Samarkand, tempat Bukhari meninggal dunia dan jenazahnya dimakamkan sekitar tahun 870.
“Beliau tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran sampai pagi hari, tidak tidur,” lanjut Rahmatullo seperti diterjemahkan Temur Mirzaev, rekanan Kedutaan Besar Republik Indonesia sekaligusdosen bahasa Indonesia di Institute of Oriental Studies, Tashkent.
Saat ditemukan, makam dalam kondisi tidak terurus. Soekarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaikinya. Ia bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia apabila Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.
“Bangsa Indonesia sangat berjasa bagi keberlangsungan makam Imam Bukhari. Sebenarnya makam sudah tutup untuk pengunjung karena hari sudah malam. Tapi, karena orang Indonesia yang datang, makanya dibukakan,” tutur Temur.
Juru kunci menutup ziarah dengan doa dan suasana pun mendadak hening. Dalam doanya, ia berharap perjalanan tim ekspedisi sukses dan selamat sampai tujuan.
Bung Karno Mencari Makam Imam Bukhori
DI Tashkent tidak ada jalan bernama Bung Karno. Tapi bukan berarti rakyat Uzbekistan ini tidak mengenal presiden pertama Republik Indonesia itu.
Tidak banyak yang tahu kalau Bung Karno adalah penemu makam Imam Al Bukhari, seorang perawi hadist Nabi Muhammad SAW. Begini ceritanya. Tahun 1961 pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Bung Karno ke Moskow. Kayaknya Khrushchev hendak menunjukkan pada Amerika bahwa Indonesia berdiri di belakang Uni Soviet.
Karena bukan orang lugu, Bung Karno tidak mau begitu saja datang ke Moskow. Bung Karno tahu, kalau Indonesia terjebak, yang paling rugi dan menderita adalah rakyat. Bung Karno tidak mau membawa Indonesia ke dalam situasi yang tidak menguntungkan. Bung Karno juga tidak mau Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun.
Bung Karno mengajukan syarat. Kira-kira begini kata Bung Karno, “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak.”
Khrushchev balik bertanya, “Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?”
Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”
Jelas saja Khrushchev terheran-heran. Siapa lagi ini Imam Al Bukhari. Dasar orang Indonesia, ada-ada saja. Mungkin begitu sungutnya dalam hati. Tidak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan pasukan elitnya untuk menemukan makam dimaksud. Entah berapa lama waktu yang dihabiskan anak buah Khrushchev untuk menemukan makam itu, yang jelas hasilnya nihil.
Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno. “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat Anda?”
Bung Karno tersenyum sinis. “Kalau tidak ditemukan, ya sudah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda.”
Kalimat singkat Bung Karno ini membuat kuping Khrushchev panas memerah. Khrushchev balik kanan, memerintahkan orang-orang nomor satunya langsung menangani masalah ini. Nah, akhirnya setelah bolak balik sana sini, serta mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam kelahiran Bukhara tahun 810 Masehi itu. Makamnya dalam kondisi rusak tak terawat.
Imam Al Bukhari yang memiliki pengaruh besar bagi umat Islam di Indonesia itu dimakamkan di Samarkand tahun 870 M.
Khrushchev memerintahkan agar makam itu dibersihkan dan dipugar secantik mungkin.
Selesai renovasi, Khrushchev menghubungi Bung Karno kembali. Intinya, misi pencarian makam Imam Al Bukhari berhasil. Sambil tersenyum Bung Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.” Setelah dari Moskow, tanggal 12 Juni 1961 Bung Karno tiba di Samarkand. Sehari sebelumnya puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini di Kota Tashkent.
Sumber : http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=13743591
SAAT itu. Jumat (25/11), tim ekspedisi tengah melintas Kota Samarkand, Uzbekistan, dalam perjalanan menuju Turkmenistan. Langit sudah gelap.
[
Kompleks makam Imam Bukhari yang megah terlihat laksana istana raja. Penerangan di sana seadanya karena sudah tidak ada lagi peziarah yang berkunjung.
Imam Bukhari ialah seorang pengumpul hadis sahih Nabi Muhammad SAW. Makamnya terletak di Samarkand, Uzbekistan. Tim Fas-tron Europe-Asia Metro TV Expedition 2011 mendapat kesempatan langka berziarah ke sana, bahkan langsung masuk ke ruang bawah tanah tempat jenazah Imam Bukhari bersemayam. Padahal biasanya para peziarah yang berasal dari berbagai suku bangsa hanya boleh masuk sampai ruang atas kompleks permakaman.
Kompleks serta-merta menjadi terang benderang kala perwakilan ekspedisi menemui pengelola makam dan mengungkapkan bahwa rombongan berasal dari Indonesia dan ingin berziarah.
Tak lama kemudian, Rahmatullo Sultonov, juru kunci makam yang berjilbab, hitam, keluar dari bangunan dan langsung mengarah ke ruang bawah tanah makam Imam Bukhari. Anggota ekspedisi diminta melepaskan sepatu sebelum masuk ruangan yang beralaskan karpet warna hijau tersebut.
Ruangan berdinding batu bata itu mampu menampung sekitar 10 orang, dilengkapi bangku untuk para peziarah. Makam ada di tengah ruang, berselimutkan kain hitam, bertulisan Arab warna kuning. Nuansa begitu khidmat saat berada di sana.
Setelah mengajak anggota tim ekspedisi untuk membaca beberapa surah pendek Alquran, Rahmatulloberkisah, kompleks permakaman Imam Bukhari tidak mungkin seindah dan semegah itu tanpa peran Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.
Ketika Uzbekistan masih termasuk Uni Soviet, Soekarno-dalam sebuah kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet pada 1959-pernah meminta petinggi Partai Komunis untuk mencarikan makam orang suci Islam yang sangat terkenal bernama Imam Bukhari.
Setelah tiga hari pencarian, makam Imam Bukhari ditemukan. Soekarno naik kereta dari Moskow ke Samarkand, tempat Bukhari meninggal dunia dan jenazahnya dimakamkan sekitar tahun 870.
“Beliau tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran sampai pagi hari, tidak tidur,” lanjut Rahmatullo seperti diterjemahkan Temur Mirzaev, rekanan Kedutaan Besar Republik Indonesia sekaligusdosen bahasa Indonesia di Institute of Oriental Studies, Tashkent.
Saat ditemukan, makam dalam kondisi tidak terurus. Soekarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaikinya. Ia bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia apabila Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.
“Bangsa Indonesia sangat berjasa bagi keberlangsungan makam Imam Bukhari. Sebenarnya makam sudah tutup untuk pengunjung karena hari sudah malam. Tapi, karena orang Indonesia yang datang, makanya dibukakan,” tutur Temur.
Juru kunci menutup ziarah dengan doa dan suasana pun mendadak hening. Dalam doanya, ia berharap perjalanan tim ekspedisi sukses dan selamat sampai tujuan.
Bung Karno Mencari Makam Imam Bukhori
DI Tashkent tidak ada jalan bernama Bung Karno. Tapi bukan berarti rakyat Uzbekistan ini tidak mengenal presiden pertama Republik Indonesia itu.
Tidak banyak yang tahu kalau Bung Karno adalah penemu makam Imam Al Bukhari, seorang perawi hadist Nabi Muhammad SAW. Begini ceritanya. Tahun 1961 pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Bung Karno ke Moskow. Kayaknya Khrushchev hendak menunjukkan pada Amerika bahwa Indonesia berdiri di belakang Uni Soviet.
Karena bukan orang lugu, Bung Karno tidak mau begitu saja datang ke Moskow. Bung Karno tahu, kalau Indonesia terjebak, yang paling rugi dan menderita adalah rakyat. Bung Karno tidak mau membawa Indonesia ke dalam situasi yang tidak menguntungkan. Bung Karno juga tidak mau Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun.
Bung Karno mengajukan syarat. Kira-kira begini kata Bung Karno, “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak.”
Khrushchev balik bertanya, “Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?”
Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”
Jelas saja Khrushchev terheran-heran. Siapa lagi ini Imam Al Bukhari. Dasar orang Indonesia, ada-ada saja. Mungkin begitu sungutnya dalam hati. Tidak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan pasukan elitnya untuk menemukan makam dimaksud. Entah berapa lama waktu yang dihabiskan anak buah Khrushchev untuk menemukan makam itu, yang jelas hasilnya nihil.
Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno. “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat Anda?”
Bung Karno tersenyum sinis. “Kalau tidak ditemukan, ya sudah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda.”
Kalimat singkat Bung Karno ini membuat kuping Khrushchev panas memerah. Khrushchev balik kanan, memerintahkan orang-orang nomor satunya langsung menangani masalah ini. Nah, akhirnya setelah bolak balik sana sini, serta mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam kelahiran Bukhara tahun 810 Masehi itu. Makamnya dalam kondisi rusak tak terawat.
Imam Al Bukhari yang memiliki pengaruh besar bagi umat Islam di Indonesia itu dimakamkan di Samarkand tahun 870 M.
Khrushchev memerintahkan agar makam itu dibersihkan dan dipugar secantik mungkin.
Selesai renovasi, Khrushchev menghubungi Bung Karno kembali. Intinya, misi pencarian makam Imam Al Bukhari berhasil. Sambil tersenyum Bung Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.” Setelah dari Moskow, tanggal 12 Juni 1961 Bung Karno tiba di Samarkand. Sehari sebelumnya puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini di Kota Tashkent.
Sumber : http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=13743591
Langganan:
Postingan (Atom)