Sabtu, 26 April 2014

INI 12 KUNCI JAWABAN menghadapi Pasnabung ‪#‎JASMEV‬


Q01. Instropeksi dulu, apakah kalian sudah bener..?
A01. Kenapa harus Instropkesi..? Emang gw nyapres..?

Q02. Apakah agama kalian mengajarkan caci-maki..?
A02. Ga bawa agama tuh, ini bukan forum agama, ini forum politik..
Lagian siapa yg menghina, kita mengkritik..
Kadang aja agak kebablasan, sebagai lelucon..
Kalo lo ga terima kritik, jangan buka sosmed..

Q03. Jangan fitnah, fitnah lebih kejam daripada membunuh..!
A03. Fitnah..? Cuma orang kurang wawasan, fanatik, atau
Pasukan Nasi Bungkus yang bilang kritik ke Jokowi adalah Fitnah..
Karena kita bicara Fakta, ratusan bukti sudah diulas di twitter, facebook, dll, silahkan Googling kalo ga percaya..

Q04. Kurang kerjaan, cuma menghina orang..
A04. Sama donk, lo juga kurang kerjaan ngebela orang..
Gw bukan kurang kerjaan, tapi gw ngisi waktu di tengah kemacetan JAKARTA...

Q05. Pokoknya saya tetep pilih Jokowi..!
A05. Mantap.. Pokoknya tutup mata terhadap semua informasi yang masuk, isn't it..?
Tipikal fanatik gila, pengkhultusan, kurang wawasan..

Q06. @#$%#$@^%%@$!@ (Kebun Binatang Keluar)
A06. Ini adalah cerminan kualitas #JASMEV yang ketika terpojok dia
Mencoba mengaburkan topik, dan memancing diskusi menjadi ajang
Caci-maki.. Yang waras jangan terpancing..
Dan mari kita doakan supaya orang2 #JASMEV lekas sembuh..

Q07. Jokowi semakin dihina semakin populer..
A07. Iya, populer kebohongannya..
Pokonya tugas gw sebagai warga negara untuk memberikan
Informasi bahwa ada pengkhianat bangsa jadi capres..
Pokoknya semua rakyat harus tahu pencitraan Jokowi, kebohongan2
Jokowi.. Supaya kita ga menukar nasib bangsa kita dengan uang 60ribu..

Q08. Tunjukan bukti bahwa Jokowi disetir (Boneka)
A08. Nonton TV makanya, jangan nonton joged doank..
Apa pernah Jokowi memutuskan tanpa berunding dengan Megawati..?
Jokowi baru aja ketemu dubes asing.. Secara rahasia..

Q09. Jokowi sudah berprestasi..!
A09. Ehmm.. Apa..? Kartu Sehat..? Basi, itu program jadul..
Kartu Pintar..? Itu juga program basi..
Waduk Rio-rio..? Itu buat komunitas WNI-Keturunan di sekitar waduk..
Kampung Deret..? Itu pencitraan..
Tanah Abang..? Itu hancurkan bisnis pengusaha kain Indonesia (Ga laku)
Apa..? Mana..? Itu kerja siapa..? Program siapa..?
Satu-satunya ide orisinil Jokowi yang berhasil adalah "Penghapusan Topeng Monyet"

Q10. Dunia mengakui kualitas Jokowi..
A10. Dunia mana..? Majalah atau Website milik Arkansas Connection..?
Majalah Fortune..? Website Citymayors..?
Cek dulu siapa pendirinya dan siapa pemiliknya..

Q11. Rakyat Indonesia cinta Jokowi..
A11. Rakyat Indonesia mana..? Rakyat JASMEV..? Surva Survey..? LSI dkk itu terbukti melakukan kebohongan publik, mark up data survey PDIP dan Jokowi, untuk memanipulasi psikologi rakyat.. 19% Itu + Curang..
Dan itu legislatif lho.. Artinya yg pilih PDIP itu karena sarat kepentingan, mungkin uang, mungkin jajaran keluarga caleg, dlsb..
19% itu bukan milik Jokowi..

Q12. Ini group para pembenci, penghujat, menularkan kebencian kepada sesama..!
A12. Kami ada karena Jokowi, tidak ada asap jika tidak ada api..
Kami adalah bentuk perlawanan rakyat, melawan cyber army bayaran..
Kami tidak dibayar, kami bukan Organisasi, kami tidak terorginisir, kami suara rakyat..
Jokowi lah yang menebarkan perpecahan diantara kita..
Buktinya PDIP Pecah, Puan dan Prananda Pecah..
Mega dan Guntur Pecah, Jakarta Pecah..
Indonesia Pecah..!
Semua karena Jokowi..!

http://mobile.dudamobile.com/site/muharrikdakwah/default?url=http%3A%2F%2Fwww.muharrikdakwah.com%2F2014%2F04%2Fini-12-kunci-jawaban-menghadapin-jasmev.html%3Fblog_id%3D2539459919424491883%26post_id%3D7339747450920193932%26search_category%3DOpini&dm_try_mode=true&dm_device=mobile

Rabu, 23 April 2014

Melek Politik Ala Prabowo Subianto

Dalam beberapa kampanye, calon presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto kerap meminta rakyat mewaspadai adanya 'pemimpin boneka' dan 'pemimpin bohong'. Pernyataan itu dinilai masih wajar dan tidak termasuk black campaign.

"Membedah rekam jejak lawan politik sebagaimana yang dilakukan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu justru merupakan pendidikan politik untuk mencerdaskan pemilih," kata Sekjen Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI) Umar S Bakrie melalui pesan tertulisnya kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (28/3/2014).

Umar menyatakan apa yang diungkapkan Prabowo yang menyebut pemimpin mencla-mencle, pembohong, presiden boneka dan sebagainya adalah bagian dari pendidikan politik yang normatif.

"Apa yang disampaikan Prabowo bukan black campaign, tapi menyampaikan fakta-fakta yang lumrah terjadi dalam kontestasi politik. Dalam demokrasi modern, membedah rekam jejak lawan politik adalah hal yang lumrah," ungkapnya.

Lebih jauh Umar menjelaskan, jika ada seorang pemimpin yang sudah berjanji akan memimpin 5 tahun dan menyelesaikan tugasnya baik di pemerintah pusat maupun di daerah, kemudian berhenti di tengah jalan karena mengincar jabatan yang lebih tinggi, hal itu jadi bukti nyata kebohongan dari pemimpin tersebut dan mengkhianati amanat rakyat.

"Selain itu, jika ada seorang negarawan yang menandatangani perjanjian di atas meterei kemudian mengingkarinya begitu saja, bukankah itu negarawan yang mencla-mencle?," tanya Umar.

Karena itu menurutnya, apa yang dinyatakan Prabowo di hadapan publik itu akan memberikan pendidikan politik yang baik bagi bangsa. Capres Partai Gerindra itu justru mengingatkan publik agar tidak salah pilih lagi dalam Pilpres 2014 nanti.

"Publik perlu mencermati dengan seksama siapa calon pemimpinnya dengan membedah rekam jejak dan integritas moralnya. Publik selama ini sering terkesima dengan popularitas kandidat ketimbang rekam jejak dan integritas moralnya. Padahal tidak jarang popularitas itu hanya merupakan produk pencitraan yang jauh dari realitas," tukas Umar.

Dalam setiap kampanye, Prabowo Subianto menyindir kepada pesaingnya pada Pemilu 2014. Sindiran ini disampaikan ketika memberika orasi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (23/3/2014). Banhak Prabowo pun membacakan Sajak Satire.

"Ada seorang tokoh politik, dia mengatakan jangan saling menjelek-jelekan, saya setuju. Menjelekan orang tidak baik, dia mengajurkan politk itu santun. Katanya santun, saya aneh. Dan akhirnya saya bikin sajak," kata Prabowo dalam orasi politiknya.

Prabowo mengatakan, orang tersebut telah mengajarkan berpolitik santun kepadanya. Akan tetapi, ajaran kesantunan itu tidak diwujudkan dengan bukti nyata dan malah terkesan mengkhianati amanah rakyat yang telah diberikan kepadanya.

Karena itu Prabowo melihat, pernyataan tokoh tersebut sebagai lahirnya sebuah budaya politik baru yang ia sebut budaya politik "boleh bohong". Padahal, kata dia, hampir semua orang selalu diajarkan untuk berkata jujur.

Liputan6.com http://m.liputan6.com/home/read/2029001/bedah-jejak-capres-prabowo-dinilai-beri-pendidikan-politik

Selasa, 22 April 2014

Kartika Djoemadi, Jasmev yang Pura-pura Muslimah untuk Adu Domba


Koordinator Jokowi Advanced Social Media Valunteers (JASMEV), Kartika Djoemadi, dinilai sudah melecehkan umat Islam. Menurut Tokoh Muda Muhammadiyah Mustofa Nahrawardaya, Kartika su
dah melakukan penipuan yang sudah termasuk penistaan agama.

Menurut Mustofa, Kartika menipu karena berpura-pura menjadi Muslimah. Ia mengungkapkan, Dee Dee panggilan Kartika memang dekat dengan kalangan Muhammadiyah, bahkan sering datang ke Muhammadiyah.

“Walau sering ke Muhammadiyah, Dee tidak pernah mengaku sebagai Katolik. Yang kami tahu Dee seorang Muslimah. Bahkan Dee sering menceramahi saya tentang tidak wajibnya seorang Muslimah berjilbab. Dee juga pernah bilang, memilih pemimpin non-Muslim itu tidak apa-apa,” ungkap Mustofa seperti dilansir Itoday, Kamis (24/1/2013) .

Mustofa memang tersinggung, bukan hanya karena kebohongan publik yang dilakukan Kartika. Menurutnya Kartika sendiri sangat lancang karena menyuruh Ketua PP Muhammadiyah untuk memecatnya. Sikap Kartika itu merupakan reaksi atas sikap Mustofa yang terus mengkritisi kebijakan Jokowi di Jakarta.
http://www.nabawia.com/read/2384/kartika-djoemadi-jasmev-katolik-pura-pura-muslimah-untuk-adu-domba
“Kartika mensyen ke Ketum Muhammadiyah, minta agar saya dipecat. Ini apa-apaan.
Dia Katolik, kok sampai ngurusi Muhammadiyah, bahkan mention ke Pak Din (Din Syamsuddin). Yang tahu peta Muhammadiyah itu kami, bukan seorang Katolik,” tegas Mustofa.

Terkait aksi Kartika Djoemadi di Muhammadiyah, Mustofa menegaskan bahwa Kartika telah melakukan penghinaan terhadap Muhammadiyah dan umat Islam.

“Dee sudah masuk ke jantung Muhammadiyah, ikut rapat, itu sudah tidak etis. Sampai Dee membuat album Ramadhan, padahal Dee mengaku Katolik. Dee bilang itu toleransi. Padahal itu penghinaan,” tegas Mustofa.

Lebih jauh Mustofa mengingatkan, jika memang Kartika Djoemadi beragama Katolik, silakan beribadah Katolik, termasuk menggunakan indentitas keagamaannya. Tetapi jangan menggunakan identitas Islam meskipun tidak dilarang Undang-Undang.

“Saya telah meminta Dee Dee minta maaf, tetapi dia tidak mau. Kasusnya sudah banyak termasuk penipuan gelar ‘PhD’. Dia sempat ribut dengan Marissa Haque. Itu seharusnya bisa menjadi pelajaran buat Dee Dee. Tetapi, saat ini Dee Dee telah menipu umat Islam di Indonesia,” pungkas Mustofa. (pm)

Mengapa harus Kartini?


Mengapa Belanda Lebih Memilih Kartini, Bukan Cut Nyak Dien Atau Dewi Sartika? Mengapa setiap 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini?

Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?

Pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik pengkultusan R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Tahun 1988, masalah ini kembali menghangat, menjelang peringatan hari Kartini 21 April 1988. Ketika itu akan diterbitkan buku Surat-Surat Kartini oleh F.G.P. Jacquet melalui penerbitan Koninklijk Institut voor Tall-Landen Volkenkunde (KITLV). Tulisan ini bukan untuk menggugat pribadi Kartini. Banyak nilai positif yang bisa kita ambil dari kehidupan seorang Kartini. Tapi, kita bicara tentang Indonesia, sebuah negara yang majemuk. Maka, sangatlah penting untuk mengajak kita berpikir tentang sejarah Indonesia. Sejarah sangatlah penting. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, kata Bung Karno. Al-Quran banyak mengungkapkan betapa pentingnya sejarah, demi menatap dan menata masa depan. Banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk sejarah Indonesia.

Mengapa harus Boedi Oetomo, Mengapa bukan Sarekat Islam?

Bukankah Sarekat Islam adalah organisasi nasional pertama?

Mengapa harus Ki Hajar Dewantoro, Mengapa bukan KH Ahmad Dahlan, untuk menyebut tokoh pendidikan?

Mengapa harus dilestarikan ungkapan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani sebagai jargon pendidikan nasional Indonesia?

Bukankah katanya, kita berbahasa satu: Bahasa Indonesia?

Tanyalah kepada semua guru dari Sabang sampai Merauke. Berapa orang yang paham makna slogan pendidikan nasional itu?

Mengapa tidak diganti, misalnya, dengan ungkapan Iman, Ilmu, dan amal, sehingga semua orang Indonesia paham maknanya.

Kini, kita juga bisa bertanya, Mengapa harus Kartini?

Ada baiknya, kita lihat sekilas asal-muasalnya. Kepopuleran Kartini tidak terlepas dari buku yang memuat surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabat Eropanya, Door Duisternis tot Licht, yang oleh Armijn Pane diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang.

Buku ini diterbitkan semasa era Politik Etis oleh Menteri Pengajaran, Ibadah, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr. J.H. Abendanon tahun 1911. Buku ini dianggap sebagai grand idea yang layak menempatkan Kartini sebagai orang yang sangat berpikiran maju pada zamannya. Kata mereka, saat itu, tidak ada wanita yang berpikiran sekritis dan semaju itu. Beberapa sejarawan sudah mengajukan bukti bahwa klaim semacam itu tidak tepat. Ada banyak wanita yang hidup sezamannya juga berpikiran sangat maju. Sebut saja Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (terakhir pindah ke Medan).

Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini.

Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung.

Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.

Kalau Kartini hanya menyampaikan Sartika dan Rohana dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata.

Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).

Kalau saja ada yang sempat menerbitkan pikiran-pikiran Rohana dalam berbagai surat kabar itu, apa yang dipikirkan Rohana jauh lebih hebat dari yang dipikirkan Kartini.
Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pocut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda.

Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita. Di Aceh kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh.

Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati.

Aceh juga pernah dipimpin oleh Sultanah (sultan wanita) selama empat periode (1641-1699). Posisi sulthanah dan panglima jelas bukan posisi rendahan.

Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini?

Mengapa bukan Rohana Kudus?

Mengapa bukan Cut Nyak Dien?

Mengapa Abendanon memilih Kartini?

— Apa karena Cut Nyak dibenci penjajah?

— Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu?

Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.

Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki.

Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik.

Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan, begitu kata Rohana Kudus.

Bayangkan, jika sejak dulu anak-anak kita bernyanyi:

Ibu kita Cut Nyak Dien.
Putri sejati.
Putri Indonesia…,

mungkin tidak pernah muncul masalah Gerakan Aceh Merdeka.

Tapi, kita bukan meratapi sejarah, Ini takdir. Hanya, kita diwajibkan berjuang untuk menyongsong takdir yang lebih baik di masa depan. Dan itu bisa dimulai dengan bertanya, secara serius:

Mengapa Harus Kartini?

Oleh Tiar Anwar Bachtiar, Peneliti INSISTS dan Kandidat Doktor Sejarah, Universitas Indonesia @Voa-Islam

Senin, 21 April 2014

"13 Alasan Saya Tidak Setuju Jokowi Jadi Presiden"


Sudah hampir satu minggu ini pro kontra mengenai pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau yang biasa disapa dengan Jokowi, untuk menjadi calon presiden dari PDIP cukup banyak menghiasi timeline baik di media sosial ataupun headline media cetak.

Di wall pribadi saya pun juga beberapa kali saya tampilkan link-link berita yang cenderung kontra (tidak setuju) dengan berita pencapresan Jokowi tersebut. Dan karena seringnya saya menuliskan link-link tersebut sampai ada yang menilai bahwa saya menjadi Jokowi Haters, hehehe...

Uuuuupppss, jangan salah menilai dulu tanpa tahu sebab musababnya. Jauh sebelumnya sesungguhnya saya justru fans berat Jokowi. Terlebih lagi ketika dulu booming-boomingnya Mobil Esemka yang sempat di-endorse oleh Pak Jokowi, dan digadang-gadang akan dijadikan sebagai proyek mobil nasional.

Wooooww, langsung saja hal itu membuat saya termehek-mehek. Berbagai berita tentang Jokowi selalu saya ikuti. Cerita kesuksesannya di Solo yg legendaris dengan memindah ratusan bahkan ribuan PKL itu menjadi salah satu kisah yang menarik. Hingga akhirnya Jokowi akan maju sebagai Cagub DKI pun ada rasa bangga.

"Wah kapan lagi DKI bisa 'diperbaiki' oleh anak daerah yang berprestasi?", itu pikiran saya dulu. Harapan besar agar Jokowi bisa menang dalam Pilgub DKI sangat menggodaku untuk menularkan virus Jokowi ini. Video kampanya Tim Jakarta Baru yang bisa dilihat di Youtube dan berdurasi sekitar satu jam-an itu juga saya download dan saya lihat berkali-kali tanpa bosan. Dalam benak pikiran saya pun mengatakan : "Nah, sepertinya ini pemimpin yang ideal yang bisa memperbaiki Jakarta".

Bahkan di twitter, akun @triomacan2000 yang saat putaran pertama sangat memuja-muja Jokowi dan di putaran kedua berbalik arah menyudutkan Jokowi pun bisa membuat saya muak. "Ah, Pak Jokowi tuh nggak seperti yang di-tweet-kan @triomacan2000 itu"

Itu dulu. Sekali lagi, itu dulu. Beda dengan sekarang...

Setelah akhirnya Jokowi bisa duduk manis sebagai Gubernur DKI, dipercaya dan diberikan amanah oleh sebagian besar rakyat Jakarta yang berharap banyak Jokowi bisa mengabdikan diri buat Jakarta, ternyata belum ada 2 tahun masa jabatannya Jokowi sudah mulai 'berulah'. Mulai melirik rumput yang lebih hijau yaitu dengan menjadi Calon Presiden RI.

Hingga akhirnya memang Megawati berbesar hati memberikan mandatnya untuk mencalonkan Jokowi sebagai calon presiden dari PDIP. Dan siapa sangka, justru hal inilah yang akhirnya justru membuat saya yang dulu termehek-mehek sama Jokowi jadi antiklimaks, tidak respek sama sekali.

Tentu saja menjadi tidak respeknya saya terhadap Jokowi itu bukannya tanpa alasan. Ada banyak penyebabnya yang mengakibatkan saya menjadi tidak respek tadi. Dan tidak respeknya itupun juga sambung-menyambung sejak mengendorse Esemka hingga menjabat sebagai Gubernur DKI dan diberi mandat sebagai capres oleh Megawati.

Setidaknya saya mencatat ada 13 hal yang menyebabkan saya yang dulunya termehek-mehek sama Jokowi akhirnya menjadi antiklimaks menjadi tidak respek lagi. Sekali lagi yang saya catat dan saya tuliskan ini adalah berdasarkan sisi penglihatan saya sebagai orang awam, Anda boleh saja setuju ataupun tidak setuju. Kalaupun Anda tidak setuju ya itu adalah hak Anda, tidak perlu berdebat kusir, silakan saja membuat tulisan Anda sendiri dengan argumen Anda sendiri. Simpel.

Oke, tidak perlu berlama-lama, yuk kita bahas 13 hal yang menjadi alasan mengapa saya tidak setuju Jokowi untuk jadi presiden yaitu :

1. Mendongkrak Popularitas Dengan Mendompleng Esemka

Mau tidak mau, setuju tidak setuju, pamor Jokowi di perpolitikan tingkat nasional dimulai ketika muncul berita Walikota Solo (saat itu dijabat Jokowi) menggunakan mobil esemka, yang diklaim sebagai hasil karya anak bangsa. Bahkan gak tanggung-tanggung impian memiliki mobil nasional seakan menjadi didepan mata.

Bahkan saking hebatnya dan menjadi lebih populer lagi, Jokowi merencanakan kalo mobil esemka akan dijadikan mobil dinas walikota dan wakil walikota solo. Bangga menggunakan mobil karya anak negeri, kira-kira begitu. Dan bisa ditebak, masyarakat yang mengikuti berita tersebut langsung jatuh cinta. Baru kali ini ada walikota yang membela produk lokal, dan bahkan akan menggunakannya sebagai mobil dinas..!! Kesan yang tampak di masyarakat sudah pasti adalah sebuah figur pemimpin yang sederhana dan pro rakyat. Kesan sebagai pejabat yang biasa menggunakan fasilitas mewah (termasuk diantaranya mobil dinas) dengan mudah bisa dilepaskan oleh Jokowi.

Sekarang kenyataannya kita pertanyakan lagi komitmennya, benarkah esemka sudah dijadikan mobil dinas walikota dan wakil walikota solo? Sudahkah ada perkembangan sejauh mana proyek esemka menjadi mobil masional itu dilakukan? Anda bisa menilainya sendiri...

Dan dari sini saya pribadi berpendapat, Jokowi telah memanfaatkan Esemka yang diklaim sebagai produk lokal untuk mendongkrak popularitasnya..!! Setelah target popularitas tercapai dan kursi DKI 1 ditangan, esemka hanya tinggal kenangan...

2. Menelantarkan 'Nasib' Esemka

Saat booming-boomingnya Esemka dan ada berita bahwa Jokowi ingin menjadikan proyek mobil nasional, saya langsung terbayang mimpi-mimpi yang hebat terhadap rencana tersebut. Akan membuka banyak lowongan kerja yang baru dan bisa mengurangi pengangguran. Itu sudah pasti.

Perusahaan-perusahaan pengecoran logam bisa dijadikan partnet untuk memproduksi spare part-nya, anak-anak lulusan SMK bisa banyak ditampung bekerja, bila bisa berjalan tentu bisa menggerakkan lagi roda perekonomian di Kota Solo, dan masih banyak lainnya.

Namun seperti peribahasa, "Habis Manis Sepah Dibuang", ternyata ada benarnya. Begitu target yang diinginkan sudah tercapai, berhasil meraih popularitas dengan menunggang esemka, dan bisa meraih kursi DKI-1, akhirnya Esemka ditinggalkan begitu saja. Entah, kelanjutan untuk diproduksi massal sebagai mobil nasional bisa jadi hanya sekedar mimpi besar di siang bolong saja.

Nasib beberapa pesanan yang sudah sempat masuk ordernya saat booming itu akhirnya dikerjakan dan disupport habis sama Jokowi atau tidak, itu juga menjadi tanda tanya besar. Hal ini menjadi salah satu alasan yang menyebabkan saya menjadi tidak respek dengan Jokowi lagi. Memberi harapan kepada sesuatu (dalam hal ini Esemka dan Pak Sukiyat) namun tidak direalisasi, bahkan malah cenderung ditelantarkan.

3. Mudah Mengkhianati Amanah Yang Telah Diberikan Oleh Rakyatnya

Bila diberi amanah maka dia berkhianat. Saya ingat sekali dengan kata-kata itu, yang sering dijadikan bahan khutbah atau disampaikan dalam pelajaran agama. Ini bukan hal yang sepele dan ringan. Ini masalah tanggung jawab yang besar seseorang terhadap Tuhannya..!!

Ya, kita tahu bahwa Jokowi telah menjadi Walikota Solo 2 periode. Yang pertama diselesaikan dengan sempurna. Yang kedua, belum selesai masa jabatannya sudah lompat pagar menjadi Gubernur DKI. Dan sekarang sudah jadi Gubernur DKI, belum selesai masa jabatannya sudah mau lompat lagi menjadi calon presiden..!!

Ckckckckck... Kok ya bisa, semudah itu untuk mengkhianati amanah yang telah diberikan oleh rakyat kepadanya?

Untuk kasus yang di Solo ke Jakarta waktu itu saya masih berusaha untuk menerimanya. "Ah gak papa, toh yang periode pertama sudah selesai sampai akhir masa jabatannya, dan yang periode yang kedua pak wakil walikotanya sudah paham dengan cara kerja walikota". Itu pendapat saya dulu.

Lha, sekarang kok terjadi lagi. Belum selesai masa jabatannya, baru juga 1.5 tahun menjabat sebagai Gubernur DKI, lha kok sudah mau lompat lagi menjadi calon presiden? Sungguh tingkah yang dimata saya tidak profesional. Apakah tidak berpikir bahwa rakyat Jakarta memilihnya dalam Pilgub DKI itu tentu mereka memiliki harapan yang besar bahwa dalam 5 tahun kepemimpinannya bisa membawa perubahan yang signifikan untuk Jakarta. Pilgub yang di biayai menggunakan uang rakyat dan jumlahnya milyaran seakan-akan tidak dihiraukan lagi.

Tidak ingat lagi bahwa Jokowi dipilih oleh rakyat, dan rakyat memberikan amanahnya untuk menjadi pemimpinnya. Semudah itukah mengkhianati amanah yang sudah diberikan oleh rakyat yang sudah banyak berharap agar pemimpinnya bisa memberikan yang terbaik kepada rakyatnya hingga selesai akhir masa jabatannya?

Hmmmm, silakan Anda pikirkan sendiri, kalo saya yang pasti gemas..!

4. Tidak Berjiwa Nasionalis

Coba Anda telusuri berita-berita yang heboh mengenai monorel jakarta dan bus transjakarta. Kira-kira monorel yang dipakai serta bus transjakarta yang dipesan itu hasil produksi dari mana?

Jawabannya satu : Dari CHINA..!!

Ya, monorel jakarta dan bus transjakarta yang digunakan itu adalah produksi dari China. Ini yang saya tidak habis pikir, kenapa kok malah menggunakan produk dari negara lain? Kok tidak menggunakan hadil produksi dari karoseri lokal saja? Biasanya alasannya adalah itu sudah sesuai dengan prosedur tender. Produsen lokal ada yang tidak memenuhi beberapa syaratnya, dan harganyapun lebih mahal. Sedangkan produk yang dari China itu harganya lebih murah.

Hmmmmm.. Kalo menurut saya ini alasan yang diada-adakan. Andai pemimpin yang memiliki jiwa nasionalis tentu akan lebih mementingkan produksi anak bangsa lebih dulu. Kenapa? Sebab uangnya bisa berputar disini, uangnya digunakan untuk membayar jam kerja para buruh disini, uangnya dipakai untuk membayar kesejahteraan saudara sendiri di negeri sendiri. Bukan membayar jam kerja orang lain di negara orang lain..!!

Ada juga berita yang saya baca adalah produk dari China itu harganya lebih murah 50 jutaan per unitnya, kalo sekian ratus atau sekian ribu yang dipesan, harapannya bisa menghemat sekian milyarrrr..!! Eh, tau-tau malah bus yang didapat malah bus rekondisi yang sudah karatan dan rusak..!!

Bahkan dalam beberapa berita juga saya temukan bahwa pemenang tender bus transjakarta itu kantornya saja susah ditemukan. Sekalinya ditemukan, kantornya tidak meyakinkan. Masa ada pemenang tender yang nilainya ratusan milyar kantornya cuma di ruko saja?

Ah entahlah yang jelas disini saya tidak menemukan sisi nasionalisnya Jokowi lagi seperti diwaktu dia mau menggandeng Esemka, dimana aroma jiwa nasionalisnya kental terasa.

5. Bukan Contoh Pemimpin Yang Gantleman

Masih teringat jelas ketika 'the busway gate' rame jadi berita, baik di media online atau media cetak. Dalam kacamata saya, dengan munculnya pemberitaan kasus 'the busway gate' ini sangat jelas sekali membuktikan bahwa Jokowi bukanlah contoh pemimpin yang gantleman?

Pasti Anda akan bertanya, Apa alasannya?

Oke. Skandal bus transjakarta yang menggunakan dana milyaran itu ternyata bermasalah. Budget pembelian busway untuk setiap bus-nya diatas angka 3 milyar. Sekali lagi budgetnya adalah lebih dari 3 Milyar per bus. Bahkan dalam sebuah berita ada yang menyebut kalau Ahok menginginkan bisa mendapatkan bus yang kualitasnya selevel volvo atau mercedes. Namun pada kenyataannya ternyata malah mendapatkan bus dari China yang rekondisi dan sudah berkarat pula.

Dalam kasus ini Kadis Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, menyatakan bahwa terjadinya kerusakan (berkarat)-nya busway yang diimpor dari China tersebut karena terkena percikan air laut pada saat proses ekspedisi ke Indonesia. Jelas saja menurut saya ini adalah sebuah alasan yang sangat tidak masuk diakal. Mana bisa bus yang saat pengiriman tersebut berada di dalam kapal, tapi masih juga terpercik air laut? Hehehe...

Alih-alih langsung dengan gantleman mengklarifikasi kejadian sesungguhnya, dengan gantle minta maaf atau mengambil tanggung jawab anak buahnya itu, tetapi malah mencari cari kesalahan dan kambing hitam. Hingga akhirnya berujung mutasi jabatan si Kadis Perhubungan tersebut. Bukannya seharusnya untuk proyek yang nilainya milyarnya, terlebih pengadaan barang, semua spesifikasinya akan disebutkan dengan jelas dan lengkap? Harusnya antara Kadis dan Gubernur akan tahu semuanya. Apabila ternyata tertulisnya adalah produk yang berkualitas selevel volvo atau Mercedes namun akhirnya hanya dibelikan bus China, sudah pasti ini ada hal yang salah.

Nah, dimata saya pribadi langkah memutasi Pak Kadis karena dianggap bersalah dalam kasus ini tentu bukan hal yang baik. Akan lebih baik jika Jokowi langsung mengambil alih tanggung jawab. Mengakui ada kesalahan. Mengakui bahwa (barangkali) ada yang gak bener dalam proses pengadaannya, dan minta maaf. Bukan malah mencari kambing hitam..!!

6. Lebih Mementingkan Mandat atau Kepentingan Partai

Dulu saya berpikir bahwa Jokowi orangnya tegas dan sulit diintervensi oleh partainya bila berhubungan dengan pekerjaan. Maksudnya akan lebih mengutamakan pekerjaannya sebagai Gubernur dulu daripada untuk kepentingan partainya. Namun ternyata dugaan saya itu salah. Salahnya saja salah besar..!!! Ternyata Jokowi lebih mementingkan mandat adat kepentingan partai daripada kepentingan rakyat yang telah memberikannya amanah untuk menjadi pemimpinnya.

Rame-rame ada pemilihan gubernur di Jawa Barat dan diminta untuk 'jualan' di Jawa Barat ayuuuuukk..

Rame-rame ada pemilihan gubernur di Jawa Tengah dan diminta untuk 'jualan' di Jawa Tengah ayuuuuuukk...

Rame-rame ada pemilihan gubernur di Sumatra Utara dan diminta untuk 'jualan' di Sumatra Utara ayuuuuuuukk...

Saat jam kerja diajak ziarah ke makam Bung Karno di Blitar, ayuuuuuuuuukk...

Saat jam kerja sowan ke Gus Mus di Rembang, okeeeeeeee...

Hmmmmm, hal-hal sepele seperti ini yang akhirnya malah membuat ilfil. Pemimpin yang seolah-olah tidak ada wibawanya sama sekali. Sedikit-sedikit 'sendhiko dhawuh' sama perintah partai...

Padahal seharusnya sebisa mungkin seorang pemimpin itu mengedepankan kepentingan rakyatnya terlebih dahulu yang sudah memberikan amanah kepadanya. Okelah gak perlu munafik, partai juga perlu, tapi mbok ya diatur waktunya dengan baik dan elegan. Gunakanlah waktu diluar jam kerja untuk mengurusi partai. Atau gunakan hari libur untuk kepentingan partai. Jadi ketika melihat Jokowi dengan mudahnya diatur-atur partai untuk kepentingan partainya dulu, dari situ pula respek saya ke Jokowi mulai pudar.

Hal ini bertolak belakang dengan Ahok, Wakil Gubernurnya. Meskipun sama-sama berangkat sebagai kader partai dan berbeda partai, Ahok lebih bisa mengedepankan kepentingan rakyatnya dulu dibanding partainya.

7. Berbohong Dengan Memainkan Sandiwara Politik

Masih ingatkah Anda jauh-jauh hari sebelum mandat pencalonan presiden oleh Megawati dibacakan? Setiap kali ditanya oleh wartawan soal peluang Jokowi akan maju sebagai calon presiden ada beberapa jawaban yang selalu diberikan.

"Copras Capres Copras Capres ......."

"Nggak Mikir... Nggak Mikir... Nggak Mikir..."

"Tiap hari mikirin banjir, macet, PKL, lha kok suruh mikir copras capres..."

"Jokowi itu komitmen..!"

Bahkan dalam kampanyenya dalam pilgub dulu, "Jokowi itu komitmen, tidak akan tergoda capres-capresan". Sandiwara itu tersaji dengan apik dan sempurna. Rakyat disajikan sandiwara yang diperankan oleh seseorang yang kelihatannya lugu namun ternyata juga menyimpan ambisi terpendam yang luar biasa. Lengkap sudah.

Dengan komentarnya yang "Nggak Mikir... Nggak Mikir... Nggak Mikir..." itu rakyat, lebih khususnya rakyat Jakarta, dibuat 'bingung'. Disatu sisi, Jokowi ini memang bener-bener nggak mikir menjadi calon presiden ataukah saat ini masih belum mikir tapi nanti tetep mau juga menjadi calon presiden.

Selama Jokowi masih menjawab "nggak mikir.. nggak mikir.." itu setidaknya Jokowi mungkin masih bermaksud 'ngedem-ngedemke' atine rakyat Jakarta. Nggak mungkinlah Jokowi meninggalkan rakyat Jakarta yang sudah memberinya amanah untuk menjadi pemimpinnya.

Namun apa mau dikata, ternyata sekuel demi sekuel sandiwara politiknya itu terjawab sudah. Ternyata jawaban "nggak mikir.. nggak mikir.." itu hanyalah isapan jempol saja. Kenyataannya akhirnya 'takluk' dengan menerima atau mau melaksanakan mandat Megawati daripada melaksanakan mandat rakyat yang memilihnya.

Poin ini tentu menjadi krusial. Bukan menjadi contoh yang baik apabila ternyata pemimpinnya malah mengajarkan berbohong dan memainkan sandiwara politik demi ambisi partai ataupun ambisi pribadi. Inilah salah satu poin yang membuat saya menjadi kehilangan respek kepada Jokowi.

8. Hanya Menjadi Wayang atau Boneka Saja

Pada poin ini lebih ditekankan pada ketegasan seorang pemimpin yang wajib memiliki integritas dan bebas dari intervensi kepentingan seseorang atau kepentingan kelompok/partai. Di media sosial banyak sekali yang menyoroti tentang hal ini, yaitu apabila Jokowi terpilih menjadi presiden mendatang dikhawatirkan hanya akan menjadi simbol atau boneka saja. Dimana yang menjadi dalang atau 'presiden' sesungguhnya adalah orang yang memiliki kepentingan dibaliknya..!!

Salah satu hal yang masih saya ingat adalah ketika rame-rame pilgub DKI tempo hari itu. Katanya Jokowi didanai oleh seorang konglomerat. Milyaran rupiah digelontorkan untuk mendanai kampanye Jokowi. Dan singkat kata Jokowi terpilih menjadi Gubernur. Seiring berjalannya waktu, proyek monorel Jakarta akhirnya akan dilanjutkan lagi. Siapa yang mendapatkan proyeknya itu? Anda pasti tahu. Yang jelas Grup Bukaka-nya Jusuf Kalla kalah dalam proyek ini.

Mungkin bisa kita otak atik gathuk lagi. Sebelum mandat pencalonan presiden Megawati kepada Jokowi dibacakan, Megawati masih belum sepenuhnya ikhlas untuk melepaskan peluang menjadi calon presiden itu kepada Jokowi. Diluar alasan memutus mata rantai trah Soekarno di PDIP, dalam internal PDIP menggadang-gadang akan mencalonkan seorang jendral yang akan menjadi calon presidennya.

Stop sampai disini dulu. Lalu, beberapa hari sebelum pembacaan mandat itu, Megawati menemui puluhan pengusaha etnis China, yang tentu saja dimintai untuk peran sertanya demi kesuksesan PDIP dalam pemilu tahun ini. Entah kenapa, tidak berselang lama mandat itu dibacakan oleh Megawati. Dan sesaat setelah pembacaan mandat, Jokowipun menerima dan siap melaksanakan mandat tersebut.

Hebatnya, begitu pembacaan mandat dan Jokowi menerima mandat, tiba-tiba direspon positif oleh pasar. Indeks IHSG naik dan nilai tukar dollar juga naik.

Terbacakah oleh Anda benang merahnya itu? Wallahu 'alam..

Yang jelas saya takut andaikata Jokowi menjadi presiden dan akhirnya hanya menjadi presiden boneka saja.

Kalo saya, daripada jadi presiden boneka, mending jualan boneka aja. Ini lagi laris-larisnya jualan Boneka Teddy Bear dan Boneka Pinokio...

9. Berpolitik Balas Budi

Banyak pemberitaan yang membahas tentang hal yang satu ini, yaitu secara tidak langsung Jokowi menjalankan politik balas budi. Dan yang paling sering dihubung-hubungkan adalah mengenai pembangunan monorel Jakarta. Saat maju pemilihan DKI-1, Jokowi seringkali dihubung-hubungkan dengan nama salah satu konglomerat, yang turut membantu kesuksesan Jokowi maju dan memenangkan pertarungan DKI-1. Milyaran rupiah digelontorkan oleh si konglomerat itu agar Jokowi bisa terpilih menjadi DKI-1.

Namanya mengeluarkan duit, apalagi dalam jumlah milyaran, tentu saja tidak bisa gratis begitu saja. Masak udah membantu puluhan milyar, trus duitnya gak pengen balik lagi? Halpir mustahil...

Dan begitu kursi DKI-1 sudah ditangan, ternyata dugaan itu mendekati kebenarannya. Proyek Jakarta Monorel dinyatakan oleh Jokowi untuk dilanjutkan lagi, dan yang memenangkan proyek itu Anda pasti juga bisa menebaknya. Yang jelas Pak Jusuf Kala dengan Grup Bukakanya kalah, dan tiang-tiang pancang yang sudah dibangun oleh Adhi Karya yang seharusnya dibayar ganti ruginya oleh pemenang tender Jakarta Monorel itu nasibnya sampai sekarang masih terkatung-katung.

Nah ini yang bisa menjadi sebuah preseden buruk, dimana bila ada pimpinan melakukan politik balas budi, atau politik transaksional semuanya akan menjadi kurang baik. Dan memang seharusnya calon presiden atau calon pemimpin yang biasa melakukan politik balas budi seperti ini tidak bisa menjadi contoh yang baik. Selagi ada calon pemimpin atau calon presiden yang berani menolak melakukan politik balas budi, maka lebih baik memilih pemimpin yang tegas seperti itu.

10. Melakukan Pencitraan Yang Menguntungkan Saja

Pada poin ini sebenarnya saya juga ingin tersenyum dulu, kenapa? Sebab menurut saya pribadi, Jokowi cerdas dan cerdik memainkan pencitraan yang menguntungkan saja, pencitraan yang bisa membuat namanya jadi harum. Ada dua hal yang ingin saya bandingkan disini, yaitu saat Jokowi mendapatkan hadiah gitar dari salah satu personel grup band ternama dunia dan satunya lagi ketika rame-rame ada pemberitaan busway yang karatan.

Dari dua kasus tersebut, Jokowi tahu persis mana yang bisa dimainkan agar namanya jadi lebih harum dan mana yang malah menjadi bumerang. Begitu menerima hadiah gitar, tidak pakai lama, saat itu Jokowi langsung berinisiatif untuk memberikan gitar tersebut ke KPK. Jokowi takut nanti dianggap melanggar aturan mengenai pejabat yang menerima gratifikasi. Dan ternyata benar, pemberian gitar tersebut oleh KPK dianggap sebagai gratifikasi dan oleh karenanya gitar tersebut diambil dan menjadi milik negara.

Pada kasus ini jelas, nama Jokowi begitu harum namanya kan? Orang akan berpikir, "Wah, seorang pemimpin diberi hadiah gitar oleh sebuah grup band terkenal tapi malah diserahkan ke KPK, agar tidak dianggap KKN." Seolah-olah akan banyak yang berpikir, "Oh, Jokowi hebat, tidak bisa 'disuap-suap', disuap aja gak mempan, pasti dia juga gak mungkin korupsi" Itu salah satu hal yang muncul dalam benak pikiran saya ketika mencermati kejadian pemberian gitar yang akhirnya diberikan kepada negara itu. Stop sampai disini dulu.

Sekarang dibandingkan dengan adanya masalah yang kedua. Ketika terjadi ramerame berita busway yang rusak dan karatan, padahal baru saja dibeli, kenapa Jokowi tidak segera melakukan tindakan yang sama? Segera laporkan ke KPK dan biar secepatnya diusut tuntas dan jelas masalahnya..!! Apakah itu sebuah kebetulan??? Yang jelas dimata saya pribadi, Jokowi terlalu cerdik, memilih kasus mana yang bisa membuat citranya positif dan harum serta kasus mana yang nanti malah menjadi bumerang.

Itu setidaknya menurut kacamata saya. Entah lagi jika Anda punya pemikiran yang lain.

11. Tidak Memiliki Visi Misi Yang Jelas Terarah dan Terukur

Namanya sudah diajukan menjadi calon presiden, sudah barang tentu sudah memiliki grand design, bagaimana visi misi yang akan dia inginkan ketika nanti benar-benar terpilih menjadi presiden. Namun saat ditanyai mengenai visi-misi ini tidak secara jelas Jokowi menjawabnya. Malah memberikan jawaban yang aneh, yaitu dia masih fokus untuk mengurusi pemilu legislatif lebih dulu. Belum terlalu memilirkan pemilu presiden dan wakil presiden..!!

Wuaaaaaa...!!! Pemimpin macam mana ini, sudah mau maju menjadi calon presiden tapi ketika ditanyain mengenai visi misi malah tidak bisa menjawab visi misinya... Setidaknya, seorang calon presiden itu akan memiliki gambaran apa-apa saja yang akan dilakukannya nanti. Misalnya saja :

Dalam birokrasi akan melakukan apa...

Dibidang ketahanan pangan akan melakukan apa...

Dibidang ketahanan energi akan melakukan apa....

Dibidang kebudayaan akan melakukan apa...

Dibidang pendidikan akan melakukan apa...

Dibidang kesehatan akan melakukan apa...

Dan seterusnya...

Atau jangan-jangan, visi misi yang jadi titipan 'beking'-nya atau 'dalang'-nya belum juga disiapkan? Ah mbuhlah...

12. Belum Memiliki Prestasi Kerja Mengatasi Problem-Problem Negara

Para pembela Jokowi yang setuju Jokowi maju sebagai calon presiden biasanya adalah : "Jokowi akan lebih mudah membereskan masalah Jakarta kalau dia menjadi presiden, sebab bisa dengan cepat mengambil keputusan". Atau kadang ada juga dengan argumen : "Kalo Jokowi jadi presiden, yang untung bukan cuman Jakarta, tapi seluruh rakyat Indonesia..!"

Mendengar argumen seperti itu kadang saya cuman tertawa dalam hati, entah bagaimana bisa menggunakan logika seperti itu. Sedangkan saya justru berpikir terbalik, "Ngurusin Jakarta yang luasnya masih seper berapanya bangsa ini saja masih belum terlihat hasilnya, kok mau loncat-loncat pekerjaannya mengerjakan tugas yang lainnya..!!"

Jadi presiden nanti bukan saja menyelesaikan problematika Jakarta yang ditinggalkan saja, tetapi juga mengurusi Aceh, Medan, Palembang, Semarang, Surabaya, Balikpapan, MAkassar, Ambon, hingga Papua. Semuanya memiliki problematika sendiri-sendiri dan berbeda-beda cara penyelesaiannya. Kalo prestasinya hanya sekedar seputar mengatur/merapikan PKL, bikin kartu sehat, bikin kartu pintar, ngusir topeng monyet dan itu langsung di copy paste ke daerah-daerah lain, itu bukan sebuah prestasi yang membanggakan. Mengapa? Mengurus negara itu jauh lebih kompleks dari sekedar hal-hal itu. Dan menurut saya belum ada prestasi yang hebat yang bisa dijadikan bukti nyata untuk meyakinkan saya.

Contoh saja.. Mengatasi masalah ketahanan energi.. Membangun infrastruktur (bandara, pelabuhan, jalan tol, dll).. Mengurusi masalah ketahanan pangan.. Mengurusi mengenai pertanian/peternakan.. Mengurusi kesehatan masyarakat.. Mengurusi ketahanan negara..

Dan lain sebagainya, masih banyak lagi.. Dimata saja, belum ada prestasi-prestasi yang ditorehkan oleh Jokowi yang bisa 'dipamerkan' menghandle problem-problem negara yang jauh lebih besar. Kita sebagai calon pemilih tentu saja serasa berjudi andaikata menyerahkan amanat kepada seorang pemimpin yang ternyata belum teruji kapasitasnya mengatasi atau menyelesaikan problematika negara yang beraneka ragam itu.

13. Sebab Dicalonkan Oleh PDIP

Untuk alasan yang terakhir ini saya agak subyektif. Ya karena ini tulisan hasil penglihatan dan analisa saya, maka saya tetap mencantumkannya. Alasan saya yang ke-13 adalah, saya kurang setuju Jokowi menjadi calon presiden sebab dia dicalonkan melalui  PDIP.

Mengapa saya kurang setuju Jokowi dicalonkan sebagai calon presiden dari PDIP? Sebab, dalam banyak pemberitaan banyak disebutkan rekam jejak kinerja partai ini dimasa lalu cukup memprihatinkan. Bahkan dalam minggu-minggu terakhir ini di media sosial dengan hashtag #MelawanLupa, banyak dituliskan rekam jejak kinerja partai ini dimasa lalu.

Coba saya tuliskan #MelawanLupa yang ramai dibahas di media sosial itu: Ibuku sayang..

1. Dulu kau jual satelit negara kami ke Singapura melalui jualan Indosat dengan murah, sehingga kita dimata-matai negara tetangga. #?MelawanLupa

2. Dulu kau jual aset-aset kami yang dikelola BPPN dengan murah (hanya 30% nilainya) ke asing. #MelawanLupa

3. Dulu kau jual kapal tanker VLCC milik Pertamina lalu Pertamina kau paksa sewa kapal VLCC dengan mahal. #MelawanLupa.

4. Dulu kau jual gas Tangguh dengan murah (banting harga) ke China (hanya $3 per mmbtu), lalu sekarang kau teriak2 selamatkan Migas. #MelawanLupa.

5. Dulu kau buat UU Outsourching yg merugikan kaum buruh wong cilik, sekarang kau koar2 atas nama buruh dan wong cilik. #MelawanLupa.

6. Dulu kau berikan SP3 dan SKL untuk bandit2 BLBI pencuri uang rakyat. #MelawanLupa.

7. Sekarang, kau ngomong lagi soal nasionalisme, setelah kader-kader mu terbukti paling banyak yg tersangkut korupsi. #MelawanLupa.

8. Dan sekarang, untuk mengkatrol suara dan citramu yang terpuruk, kini kau mengumpankan si "Kotak2". #MelawanLupa.

9. Dulu kau berhutang triliunan rupiah hanya utk menyelamatkan bandit2, sekarang kau juga didukung bandit2 utk naekkan bonekamu. #MelawanLupa.

10. Dulu kau bilang kau dikhianati SBY, skrg kau khianati Prabowo. #MelawanLupa.

11. Dulu kau ngambek krn tdk menang lawan SBY, skrg kau jumawa dan sombong meski belum menang. #MelawanLupa.

12. Kau lupakan korban 27 juli yg tdk lain kader2 mu, setelah itu kau berkoalisi bersama org yg menjadi salah satu aktornya dan kini kau ungkit2 lagi dosa org tersebut. #MelawanLupa.

13. Dulu kau pecat pa Kwik yg mencoba membela dan mempertahankan aset negara. #MelawanLupa.

14. Dulu kau hanya bisa diam dan membiarkan negeri ini dlm mode autopilot. #MelawanLupa.

Sungguh woooooooww sekali, dan saya serasa diingatkan lagi untuk #MelawanLupa itu...

Lalu apakah sesungguhnya apa yang menjadi kriteria saya andaikata Jokowi layak dicalonkan menjadi presiden? Saya Setuju Jokowi Jadi Presiden Kalau...

1. Menyelesaikan amanah dan janji-janjinya untuk rakyat Jakarta hingga selesai masa jabatannya..

2. Dicalonkan oleh partai yang memiliki track record yang baik (atau yang paling baik diantara yang buruk)..

3. Bebas intervensi dan bebas politik balas budi..

4. Memihak kepentingan nasional (nasionalis)..

5. Memiliki visi misi pembangunan kedepan yang dahsyat namun realistis untuk diwujudkan..

6. Memiliki track record prestasi menyelesaikan problematika dalam sekup yang lebih besar..

7. Tidak mementingkan pencitraan, tetapi mementingkan prestasi dan kerja nyata..

8. Tidak mudah disetir oleh kepentingan partai atau kelompok tertentu..

9. Menjadi pemimpin yang gantleman dan berani mengambil tanggung jawab tanpa mencari kambing hitam..

10. Tidak menjadi pemimpin boneka..

Nah, sampai disini semoga Anda bisa memahami dan mengerti berbagai macam pertimbangan yang akhirnya membuat saya yang dulu 'jatuh cinta' dengan Jokowi akhirnya malah berbalik arah menjadi tidak respek dengan beliau. Bukan karena benci, sama sekali tidak.

Hanya merasa kasihan saja andaikata ternyata Jokowi itu hanya dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain atau pihak lain yang ingin mengambil keuntungan dibalik pencalonan Jokowi tersebut. Bahkan sayapun juga masih berharap, andaikata Jokowi memenuhi 10 kriteria yang saya dituliskan diatas, saya mau untuk mendukung Jokowi menjadi presiden.

Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan pertimbangan Anda. Tidak ada paksaan dari saya untuk Anda tidak memilih Jokowi, sama sekali tidak. Anda punya jagoan sendiri ya monggo, begitu pula saya.. Dan Anda juga tidak harus mengikuti dan setuju dengan pendapat yang saya kemukakan disini. Bila Anda memiliki pendapat sendiri, silakan berpendapat, silakan menulisnya, dan dengan senang hati nanti saya juga akan ikut membacanya.. Salam Pemilu Cerdas, Pemilu Pintar...!!

Minggu, 20 April 2014

Hitungan riil, untung dan rugi coblos Partai Gerakan Indonesia Raya

Pesan ini adalah untuk saudara-saudara yang masih ragu akan perlunya pergi ke TPS dan memilih tanggal 9 April 2014 ini. Keraguan utama yang saya baca adalah: Apakah suara saya benar berpengaruh?

Untuk saudara pertimbangkan: Membangun fasilitas dan menyediakan layanan publik berkualitas butuh uang. Besaran APBN kita saat ini hampir Rp. 2.000 triliun.

Selama empat tahun terakhir, Dewan Pakar Gerindra telah mencermati, menemukan dan merinci kebocoran kekayaan negara akibat korupsi dan kebijakan yang keliru. Jumlahnya sekarang sudah mencapai Rp. 1.160 triliun.

Menyelamatkan kebocoran Rp. 1.000 triliun lebih ini, dan penggunaannya secara efektif adalah prioritas utama saya dan Gerindra jika mendapatkan mandat dari saudara.

Jika saya dan Gerindra mendapat kepercayaan saudara, saya optimis pada tahun pertama kita bisa selamatkan minimal setengah kebocoran. Kurang lebih Rp. 500 triliun. Tahun kedua saya optimis bisa selamatkan keseluruhan, Rp. 1.000 triliun.

Sebagai gambaran, uang Rp. 500 triliun dapat digunakan untuk hal-hak sebagai berikut. Harga-harga ini adalah angka-angka dari resmi dari pemerintah saat ini:

Pembangunan Jalan Tol Jakarta - Surabaya
Biaya sampai selesai: Rp. 150 triliun

Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera
Biaya sampai selesai: Rp. 129 triliun

Pembangunan Kereta Api Trans Sumatera
Biaya sampai selesai: Rp. 65 triliun

Pembangunan Kereta Api Trans Sulawesi
Biaya sampai selesai: Rp. 30 triliun

Pembangunan Kawasan Pangan 1 Juta Hektar
Untuk Produksi 15 Juta Ton Padi per Tahun
Biaya sampai selesai: Rp. 50 Triliun

Percepatan Pembangunan Desa
Minimal Rp. 1 Milyar per Desa per Tahun
Biaya: Rp. 81 Triliun

= = = = = =

Total biaya untuk 6 kebutuhan diatas: Rp. 505 triliun.

= = = = = =

Untuk saudara pertimbangkan: Jika saudara coblos Gerindra, jika saudara berikan kepercayaan kepada saya, saya optimis dalam lima tahun pemerintahan saya dapat selamatkan Rp. 5.000 triliun. Uang sebanyak ini bisa digunakan untuk banyak hal. Uang ini bisa biayai pendidikan gratis berkualitas untuk semua warga Indonesia, pastikan tidak ada lagi anak Indonesia yang kurang gizi, keluarkan kita dari ketergantungan impor BBM dengan bangun industri BBN, jalankan semua program di 6 Program Aksi Gerindra dan lain sebagainya.

Alternatifnya, jika saudara memilih untuk tidak memilih: Uang ini bisa terus bocor dan tidak dirasakan oleh saudara, tidak dirasakan oleh rakyat Indonesia.

Untuk saudara pertimbangkan juga: Hutang bangsa Indonesia saat ini sudah mencapai angka Rp. 2.000 triliun. Saya sangat yakin dengan pemerintahan yang kuat, bersih dan memiliki program jelas, kita dapat:

1. Selamatkan kekayaan yang bocor.
2. Bangun infrastruktur secara besar-besaran.
3. Buka jutaan lapangan kerja baru.
4. Tingkatkan kualitas SDM bangsa.
5. Meringankan beban hidup rakyat banyak, dan
6. Selesaikan segala hutang kita dan jadi negara berwibawa.

Demikian, kepada saudara telah saya sampaikan hitung-hitungan nyata untung dan rugi, mencoblos dan tidak mencoblos Gerindra pada PEMILU 9 April 2014 yang akan datang.

Pergilah ke TPS dan coblos partai yang saudara percaya untuk menyelamatkan kekayaan kita yang bocor, dan mengalokasikan uang rakyat agar dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat banyak.

Semoga dapat membantu saudara dalam menentukan pilihan. Sahabatmu,

Ttd. Prabowo Subianto 

https://www.facebook.com/PrabowoSubianto

Jika saudara ingin mengetahui lebih banyak mengenai kebocoran Rp. 1.160 triliun yang saat ini terjadi, simak paparan saya berikut ini: http://youtu.be/7QvPISUcEwI


http://www.tinyurl.com/KenapaGerindra 

Sabtu, 19 April 2014

Prabowo Posisi Empat Politikus Dunia Terpopuler di Facebook

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, masuk dalam lima besar politisi dunia, yang meraih pendukung terbesar di jejaring sosial 'Facebook'. Data itu berdasarkan penilaian socialbakers.com, lembaga riset media sosial asal Praha, Republik Ceko.

Koordinator Media Center 'Prabowo Subianto Djojohadikusumo', Budi Purnomo Karjodihardjo, di Jakarta, Selasa (21/1) menjelaskan, sejauh ini sudah ada sekitar empat juta pendukung Prabowo di jejaring sosial 'Facebook'.

"Dengan 4 juta pendukung Facebook, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto masuk lima besar politisi dunia dengan jumlah pendukung terbesar di dunia," katanya.

Hasil pemantauan socialbakers.com per 20 Januari 2014 menunjukkan, peringkat pertama ditempati Barack Obama (Presiden Amerika Serikat) dengan 38,5 juta pendukung.

Disusul peringkat kedua Mitt Romney (mantan calon presiden Amerika Serikat) dengan 11,3 juta pendukung. Ketiga, Narendra Modi (calon Perdana Menteri India) dengan 8,3 juta pendukung. Keempat, Paul Ryan (mantan calon wakil presiden Amerika Serikat) dengan 4,9 juta pendukung. Kemudian yang kelima diisi politikus Indonesia, Prabowo Subianto dengan empat juta pendukung.

Sedangkan di peringkat keenam adalah Enrique Pe?a Nieto (Presiden Meksiko) dengan 3,9 juta pendukung. Ketujuh, Arvind Kejriwal (Calon Perdana Menteri India) dengan 3,8 juta pendukung. Kedelapan, Noynoy Aquino (Presiden Filipina) dengan 3,6 juta pendukung.

Kesembilan, ditempati Nelson Mandela (mantan Presiden Afrika Selatan) dengan 3,4 juta pendukung. Dan kesepuluh, Recep Tayyip Erdo?an (Perdana Menteri Turki) dengan 3,1 juta pendukung.

Menurut Budi, besarnya dukungan yang diberikan pengguna Facebook Indonesia, menjadi bukti rakyat Indonesia sedang mengharapkan seorang pemimpin yang tegas, cerdas, bersih dan berwibawa.

"Hal ini diekspresikan dengan memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto di media sosial yang paling populer di dunia," kata Budi.

Dijelaskan, Prabowo telah memanfaatkan Facebook untuk berkomunikasi dengan pendukungnya sejak 2008. Karenanya, pada awal 2013, Prabowo menjadi politikus Indonesia pertama yang Facebook-nya mendapatkan verifikasi oleh Facebook.

Menurutnya, dukungan terhadap Partai Gerindra juga dapat terlihat di Facebook. Sejak pertengahan tahun 2013, Gerindra kokoh menempati posisi puncak partai politik dunia dengan dukungan terbesar di media sosial buatan Mark Zuckerberg tersebut.

"Gerindra juga merupakan partai politik dengan pengikut Twitter terbesar di Indonesia," ucapnya.

Selain Prabowo di posisi kelima, socialbakers. com hanya mencatat dua politisi Indonesia lain di daftar 50 pemimpin dunia dengan pengikut Facebook terbanyak. Dua politisi itu adalah Presiden SBY ada di peringkat 23 dengan 1,7 juta pendukung dan Gita Wirjawan di peringkat 43 dengan 1,1 juta pendukung.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/01/21/mzqt4x-prabowo-posisi-empat-politikus-dunia-terpopuler-di-facebook