Selasa, 10 Juni 2014

KECERDASAN ANAK BANGSA DIUJI... AKAN KAH KITA MEMILIH "PEMIMPIN YANG AKAN BEKERJA" ATAU "PEKERJA YANG AKAN MEMIMPIN"?

Catatan kecil & Analisa awal atas debat pertama adalah sebagai berikut:
1. Layaknya seorang pemimpin, maka dia akan bersikukuh mempertahankan Visi & Misi yang menjadi kerangka kerja yang akan dilaksanakannya. Layaknya seorang decision maker di dalam sebuah perusahaan/organisasi, yang mana Visi & Misi yang akan dilakukan dituangkan kedalam sebuah proposal kerja/bisnis. PH menggambarkan sisi ini. 
Sangat kontras dengan JJ yang lebih mengokohkan existensi pengalaman kerjanya. Kalau pemaparan pengalaman kerja yang dikuatkan, tipikal seperti ini tidak ada bedanya dengan tipikal "pencari kerja" yang mana di saat adanya interview pekerjaan, orang ini akan meyakinkan interviewer terhadap existensi pengalaman kerjanya yang terpapar di dalam CV.
Kesimpulan pertama ini yang menjadi dasar dari Judul tsb diatas.

2. Gambaran terhadap rasa tanggung jawab. 
Diseluruh sesi debat, mulai dari sesi pertama sampai sesi ke-6, yang tergambar sebagai pemimpin selalu berusaha semaksimal mungkin melakukan pemaparan konsepnya karena seorang pemimpin harus tau betul apa yang akan dilakukannya, namun yang lebih penting adalah rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap idealisme yang dituangkan dalam sebuah konsep kerja tersebut. Kita melihat ini di sisi Prabowo, dimana beliau terlihat dominan dalam memberikan gambaran dibandingkan Hatta. Bagi orang2 yang berpikiran picik, dominasi ini akan dinilai sebagai arogansi. Namun bagi orang yang mengerti tentang "leadership", maka orang akan berpikir inilah seorang leader yang akan selalu berada di depan untuk mempertanggungjawabkan apa yang dicanangkannya. Kata kasarnya: gak bakalan anak buahnya dijadiin tumbal...
Kontradiktif sekali dengan Jokowi (safety player), dimana justru Jokowi lebih banyak melempar bola ke JK (bahkan bola panas sekalipun). Tentu arti dari gambaran ini adalah kebalikan dari gambaran yang ada di Prabowo, ini adalah tipikal pemimpin yang akan mencari selamat dan tidak akan segan2 menjadikan anak buah sebagai tumbal. Dikhawatirkan nanti orang seperti ini akan menyalahkan semua pihak jika terjadi kegagalan dalam pencapaian misi & visinya, bahkan menyalahkan juga orang yang mendelegasikannya. 
Kesimpulan ini berdasarkan pengamatan dari prilaku Capres selama debat, dimana Jokowi selalu lempar ke JK dalam memberikan tanggapan, jadinya gak clear apa tanggapan jokowinyaa.

3. Seorang pemimpin layaknya adalah seorang konseptor yang memiliki pemahaman yang mendalam terhadap apa konsep kerja yang akan dilaksanakan. Sehingga seorang pemimpin dengan minim guidance (artinya contekan) dapat memaparkan dengan sangat jelas mengenai konsep kerja yang telah disusunnya bersama tim, tentunya akan dapat menjawab dengan jelas pertanyaan dan tantangan terhadap visi & misi yang tertuang didalam konsep kerja tsb.
Kalau tipikal pekerja, tentunya akan sangat sulit menjawab pertanyaan & tantangan yang dilontarkan terhadap visi & misi yang dituangkannya bersama timnya didalam sebuah konsep kerja. Kembali lagi, orang seperti ini akan cenderung melemparkan bola kepada anak buah atau timnya. (IQ pengaruh juga siiih.. hehehe)
Kesimpulan ini berdasarkan pengamatan terhadap jawaban & cara menjawab capres terhadap pertanyaan2 moderator mengenai visi & misi capres dikaitkan dengan kondisi existing (ttg: keberanian evaluasi secara kritis terhadap kinerja incumbent, melanjutkan program kerja incumbent yang belum selesai, agenda penegakkan hukum, biaya demokrasi yang besar yang menjadi trigger utama korupsi, polemik yang muncul dari ke-bhineka-an, dll).

4. Pemimpin harus patuh & taat terhadap konstitusi, peraturan & per undang-undangan. Tidak hanya visi & misinya yang harus selaras dengan tiga hal tsb, namun dari tindak tanduk serta cara pengambilan keputusan pun harus menggambarkan keselarasannya. Hal ini tergambar dalam solusi yang diberikan oleh Prabowo saat dipertanyakan mengenai penyelesaian konflik interest yang pasti akan muncul. Prabowo melakukan pemaparan yang sistematis dengan logik kausalitas, dan tidak lupa menelaah skala prioritas kemudian menyelaraskan keputusan yang akan dilaksanakan dengan peraturan & perundang2an tanpa mengabaikan opini publik. 
Kontras dengan Jokowi, dimana beliau ini terlalu spontan dalam memberikan solusi. Jika dipraktekkan tentunya ada dampak2 yang sangat menghawatirkan bahkan merugikan. Contohnya solusi politik anggaran. 

Demikian hasil pengamatan saya tadi malam. Semoga hasil pengamatan saya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.