Senin, 26 Desember 2011

Diskresi atau Ereksi ?

Diskresi, apaan sih diskresi ? kok sepertinya kata ini nyaman amat dipraktekkan aparatur negara terutama kepolisian.... yaaaa kepolisian... 
kenapa harus polisi ? apa karena polisi muter arah ditempat terlarang ? atau ketika sedang ditilang ehhhh ada aja yg dgn santai diloloskan krn kode tertentu, sticker tertentu, tanda pengenal tertentu ? 
atau malah bingung krn saat polisi tdk menggunakan hak diskresinya pd kasus "pencurian" seorang nenek, siswa yg "maling" sendal jepit butut...
atau juga saat menghadapi pengunjuk rasa, sering negosiasinya cetek, sekedarnya untuk selanjutnya menggunakan upaya represif yg seringkali menimbulkan korban jiwa akibat timah panas, dipukuli walau sdh sekarat... ditendang bahakan disuguhi popor senapan yg dibeli dari uang rakyat....
mungkin karena aparatur yg satu ini yg sering bersentuhan dengan masyarakat... ? sering dilihat masyarakat ?
lhoooo... namanya juga pengayom masyarakat, jadi bagus dooong kalau sering terlihat oleh masyarakat.... tapi tunggu dulu.... coba kita telaah lebih jauh, apa sih diskresi yg seringkali membuat aparat ereksi sehinggga amat sering dipakai....

Peran Polisi saat ini adalah sebagai pemelihara Kamtibmas juga sebagai aparat penegak hukum dalam proses pidana. Polisi adalah aparat penegak hukum jalanan yang langsung berhadapan dengan masyarakat dan penjahat. Dalam Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun  2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, “Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”, Dalam Pasal 4 UU No.2 Tahun 2002 juga menegaskan “Kepolisian Negara RI bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib, dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia”.

Dalam menjalankan tugas sebagai hamba hukum polisi senantiasa menghormati hukum dan hak asasi manusia. Penyelenggaraan fungsi kepolisian merupakan pelaksanaan profesi artinya dalam menjalankan tugas seorang anggota Polri menggunakan kemampuan profesinya terutama keahlian di bidang teknis kepolisian. Oleh karena itu dalam menjalankan profesinya setiap insan kepolisian tunduk pada kode etik profesi sebagai landasan moral.

Kode etik profesi Polri mencakup norma prilaku dan moral yang dijadikan pedoman sehingga menjadi pendorong semangat dan rambu nurani bagi setiap anggota untuk pemulihan profesi kepolisian agar dijalankan sesuai tuntutan dan harapan masyarakat. Jadi polisi harus benar-benar jadi pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang bersih agar tercipta clean governance dan good governance.

Etika profesi kepolisian merupakan kristalisasi nilai-nilai yang dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam wujud komitmen moral yang meliputi pada pengabdian, kelembagaan dan kenegaraan, selanjutnya disusun kedalam Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Etika profesi kepolisian terdiri dari :

a.    Etika pengabdian merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap profesinya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,  penegak hukum serta pelindung,  pengayom dan pelayan masyarakat.
b.   Etika kelembagaan merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap institusinya yang menjadi wadah pengabdian yang patut dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir batin dari semua insan Bhayangkara dan segala martabat dan kehormatannya.
c.    Etika kenegaraan merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan institusinya untuk senantiasa bersikap netral,  mandiri dan  tidak terpengaruh oleh kepentingan politik, golongan dalam rangka menjaga tegaknya hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keberhasilan penyelenggaraan fungsi kepolisian dengan tanpa meninggalkan etika profesi sangat dipengaruhi oleh kinerja polisi yang direfleksikan dalam sikap dan perilaku pada saat menjalankan tugas dan wewenangnya. Dalam Pasal 13 UU Kepolisian ditegaskan tugas pokok kepolisian adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Profesionalisme polisi amat diperlukan dalam menjalankan tugas sebagai penegak hukum, mengingat modus operandi dan teknik kejahatan semakin canggih, seiring perkembangan dan kemajuan zaman. Apabila polisi tidak profesional maka proses penegakan hukum akan timpang, akibatnya keamanan dan ketertiban masyarakat akan senantiasa terancam sebagai akibat tidak profesionalnya polisi dalam menjalankan tugas. Tugas polisi disamping sebagai agen penegak hukum (law enforcement agency) dan juga sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (order maintenance officer). Polisi adalah ujung tombak dalam integrated criminal justice system. Di tangan polisilah terlebih dahulu mampu mengurai gelapnya kasus kejahatan.

Polisi dituntut mampu menyibak belantara kejahatan di masyarakat dan menemukan pelakunya. Polisi harus melakukan serangkaian tindakan untuk mencari dan menemukan bukti-bukti guna membuat terang suatu kejahatan dan menemukan pelakunya.

Berbagai macam jenis kejahatan yang telah ditangani pihak kepolisian dalam memberantas kejahatan jalanan demi untuk meningkatkan suasana yang aman dan tertib sebagaimana yang menjadi tanggung jawab pihak kepolisian. Maraknya tindak kejahatan Polri harus tetap menjaga kamtibmas yang belakangan ini banyak terjadi terutama terhadap aksi demonstrasi yang mengarah anarkhis. Begitu urgennya keberadaan polisi bagi masyarakat, maka dapat diibaratkan seperti kolam dengan ikannya. Masyarakat dengan polisi tidak dapat dipisahkan. Konflik antara polisi dengan masyarakat juga sering terjadi karena ketidakprofesionalan dalam menjalankan tugas misalnya melakukan penyidikan tanpa surat dan dasar hukum yang kuat, melakukan penangkapan dan penahanan tanpa prosedur, melakukan kekerasan kepada tersangka dan sebagainya.
Ilustrasi, Cak Ripin Kartun

Dalam batas-batas yang wajar kekerasan terhadap demonstran yang anarkhis dapat dibenarkan, namun tetap harus dilakukan secara selektif dan terkendali. Tindakan keras dari kepolisian harus tetap berdasarkan aturan-aturan hukum yang berlaku dan menghormati HAM. Pada demonstran yang bertindak brutal dan anarkhis harus diperiksa sesuai dengan hukum yang berlaku. Akan tetapi terkadang dalam menghadapi situasi di lapangan, Polisi dihadapkan pada suatu keputusan diamana ia harus memilih suatu tindakan yang terkadang di luar batas kewenangannya dan di luar komando pimpinanannya.

Diskresi merupakan kewenangan polisi untuk mengambil keputusan atau memilih berbagai tindakan dalam menyelesaikan masalah pelanggaran hukum atau perkara pidana yang ditanganinya. Menurut Davis diskresi kepolisian is maybe defined as the capacity of police officers to select from among a number of legal and ilegal courses of action or inaction while performing their duties (Bailey (ed) : 1995: 206). Menurut Irsan (2001) tindakan diskresi dapat dibedakan sbb ; (1) tindakan diskresi yang dilakukan oleh petugas kepolisian secara individu dalam mengambil keputusan tersebut; (2) tindakan diskresi yang beradasar petunjuk atau keputusan atasan atau pimpinanannya.

Tindakan diskresi yang diputuskan oleh petugas operasional di lapangan secara langsung pada saat itu juga dan tanpa meminta petunjuk atau keputusan dari atasannya adalah diskresi yang bersifat individual, sebagai contoh untuk menghindari terjadinya penumpukan arus lalu lintas di suatu ruas jalan, petugas kepolisian memberi isyarat untuk terus berjalan kepada pengemudi kendaaraan meskipun saat itu lampu pengatur lalu lintas berwarna merah dan sebagainya. Adapun tindakan untuk mengesampingkan perkara, untuk menahan atau tidak melakukan penahanan terhadap tersangka/pelaku pelanggaran hukum atau menghentikan proses penyidikan, bukanlah tindakan diskresi individual petugas kepolisian. Tindakan tersebut merupakan tindakan diskresi birokrasi karena dalam pengambilan keputusan diskresi berdasarkan atau berpedoman pada kebijaksanaan–kebijaksanaan pimpinan dalam organisasi dan hal tersebut telah dijadikan kesepakatan diantara mereka.

Manfaat diskresi dalam penanganan masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat antara lain adalah sebagai salah satu cara pembangunan moral petugas kepolisian dan meningkatkan cakrawala intelektual petugas dalam menyiapkan dirinya untuk mengatur orang lain dengan rasa keadilan bukannya dengan kesewenang - wenangan.

Selain pantas untuk dilakukan diskresi juga merupakan hal yang penting bagi pelaksanaan tugas polisi karena : (1) Undang-undang ditulis dalam bahasa yang terlalu umum untuk bisa dijadikan petunjuk pelaksanaan sampai detail bagi petugas dilapangan, (2) Hukum adalah sebagai alat untuk mewujudkan keadilan dan menjaga ketertiban dan tindakan hukum bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai hal tersebut. (3) Pertimbangan sumber daya dan kemampuan dari petugas kepolisian.

James Q Wilson mengemukakan ada empat tipe situasi tindakan diskresi yang mungkin dilaksanakan, yaitu : (1) police-invoked law enforcement, petugas cukup luas alasannya untuk melakukan tindakan diskresi, tetapi kemungkinannya dimodifikasi oleh kebijaksanaan pimpinannya; (2) citizen-invoked law enforcement, diskresi sangat kecil kemungkinan dilaksanakan, karena inisiatornya adalah masyarakat;(3) police-invoked order maintenance, diskresi dan pengendalian pimpinan seimbang (intermidiate), apakah pimpinannya akan memerintahkan take it easy atau more vigorous; dan (4) citizen-invoked order maintenance, pelaksanaan diskresi perlu dilakukan walau umumnya kurang disetujui oleh atasannya (Munro, 1977 ; 5).

Dalam kenyataannya hukum memang tidak bisa secara kaku untuk diberlakukan kepada siapapun dan dalam kondisi apapun seperti yang tercantum dalam bunyi perundang-undangan. Pandangan yang sempit didalam hukum pidana bukan saja tidak sesuai dengan tujuan hukum pidana, tetapi akan membawa akibat kehidupan masyarakat menjadi berat, susah dan tidak menyenangkan. Hal ini dikarenakan segala gerak aktivitas masyarakat diatur atau dikenakan sanksi oleh peraturan. Jalan keluar untuk mengatasi kekuatan-kekuatan itu oleh hukum adalah diserahkan kepada petugas penegak hukum itu sendiri untuk menguji setiap perkara yang masuk didalam proses, untuk selanjutnya diadakan penyaringan-penyaringan yang dalam hal ini disebut dengan diskresi.


Selasa, 20 Desember 2011

Narkoba... Enak atau Rusak ?

Jawabannya enak... tapi RUSAK... !
Banyak kalangan muda bahkan tdk sedikit kalangan yg sudah sangat berumur akrab dengan penyalah gunaan narkoba...
Penyalah gunaan ? berarti ada gunanya dong ?? yupp... betul segala sesuatu yg tercipta di dunia ini pasti memiliki kegunaan atau ada saja manfaat yg dimiliki segala jenis narkoba...cumaaaa... yg mengerti manfaatnya terbatas pada dunia para ilmuwan khususnya yg berhubungan dengan dunia kedokteran.... dan celaka nya pengguna narkoba pada umumnya bukan para ilmuwan maupun praktisi kedokteran tapi masyarakat biasa yang bahkan SMA aja ngga lulus....

Mari kita lihat satu persatu jenis narkoba yg biasa dipergunakan di Indonesia....

Pil Koplo, BK, magadhon etc atau bahasa kerennya Hypnotic drug.
Pil bk adalah obat-obatan yg bersifat hipnotik dan sedatif yg di sering digunakan dokter untuk mengobati pasien yg menderita insomnia (susah tidur) atau stress berat karena jika dikonsumsi sesuai dengan dosis yg dianjurkan akan membantu membuat si pasien tidur pulas. Akan tetapi pil bk bisa menyebabkan kecanduan jika pemakaiannya dihentikan secara tiba2 yaitu akan menyebabkan si pasien menjadi semakin parah insomnianya, banyak mengalami mimpi buruk, stress, dan otot2 yg mudah keram.

Pil bk ini terdiri dari antara lain:
1. barbiturate
2. bromazepam (lexotan)
3. diazepam (valium)
4. flunitrazepam (rohypnol)
5. nitrazepam (mogadon)
6. nitradiazepam (nipam)

Jika pil bk dikonsumsi dalam dosis tinggi maka akan mengakibatkan si pemakainya menjadi mabuk teler, dengan ciri2 antara lain:
1. bicaranya gak jelas
2. emosi menjadi labil sehingga mudah marah dan tersinggung
3. menjadi berkepribadian ganda (schizophrenia)
3. berani untuk melakukan hal2 yg tidak mungkin dilakukannya ketika masih sadar
4. lupa akan kejadian saat mabuk pada saat si pemakai menjadi sadar

Oleh karena harganya yg relatif murah pil bk ini banyak disalahgunakan oleh kalangan masyarakat menengah kebawah.

Menurut kesaksian dari para penyalahguna pil bk, ada orang yg memakainya menjadi berani untuk berantem atau bertindak anarkhi, ada yg menjadi berani untuk mengemis, mencuri atau merampok, ada yg menjadi berani untuk mencari teman kencan, bahkan ada pula yg jadi berkeinginan untuk bunuh diri.

Khusus untuk jenis rohipnol, oleh karena pil yg satu ini tidak memiliki rasa dan tidak merubah warna ketika ditambahkan ke dalam minuman atau makanan sehingga pil ini sering disalahgunakan untuk memperkosa secara diam2 teman wanita kencannya (date rape drug). Apalagi ditambah dengan efek lupa yg ditimbulkannya setelah korban menjadi sadar sehingga sering menghambat proses penyelidikan korban oleh pihak polisi.

Fentanyl (alphamethyl fentanyl) atau lebih sering disebut PUTAU

Orang Indonesia banyak menyangka bahwa putaw sama dengan heroin kelas bawah, padahal heroin merupakan narkotik jenis opioid yg diproses dari getah opium yg terlebih dahulu dijadikan morphine, sedangkan putaw adalah 100% narkotik opioid sintetik alias designer drug.

Oleh karena dihasilkan melalui proses sintetik maka harga putaw-pun lebih murah ketimbang heroin dan morphine sehingga harganya terjangkau bagi kalangan menengah orang Indonesia yg memiliki tingkat pendapatan rendah.

Walaupun dengan harga yg lebih murah akan tetapi kekuatan bius dari putaw jauh melebihi morphine, yaitu kurang lebih 100x lipat lebih kuat walaupun efek euphorianya kalah kuat ketimbang morphine dan heroin.

Salah satu ciri khas yg membedakan antara pemakai putaw dan heroin/morphine adalah pada putaw si pemakai akan merasakan gatal-gatal terutama pada kulit bagian muka dan hidung sedangkan pada heroin/morphine tidak.

Cara pemakaian putaw antara lain dimakan, dihisap melalui hidung, dibakar diatas kertas aluminium lalu dihisap asapnya, dicampur dalam rokok, dan disuntik langsung ke pembuluh vena. Umumnya semakin seseorang pemakai putaw kecanduan, ia akan segera beralih ke cara penyuntikan sehingga dengan pemakaian jarum suntik secara bergantian mereka akan sangat rentan tertular HIV dan Hepatitis B/C.

Penyuntikan putaw sangat rentan mengakibatkan overdosis karena putaw yg beredar di pasar gelap tidak bisa dipastikan kadar kemurniannya. Overdosis putaw sering berakibat pada kematian jika tidak ditangani dengan cepat oleh karena si pemakainya menjadi tidak bisa bernafas.

Putaw tergolong jenis narkotik yg paling cepat menimbulkan efek kecanduan (bahkan lebih cepat dari heroin) baik kecanduan secara fisik (sakaw) maupun secara psikologis (sugesti untuk memakainya lagi). Kecanduan fisik yg ditimbulkan dari putaw juga sangat menderita dan berbahaya (bisa menyebabkan komplikasi dan kematian), sedangkan kecanduan psikologisnya juga sangat kuat dan tahan lama meskipun seseorang telah berhenti memakainya selama puluhan tahun.

Ciri2 dari sakaw antara lain:
1. tulang2 dan sendi2 terasa sangat ngilu dan meriang
2. sakit kepala, demam, dan kadang diare/muntah2
3. mata dan hidung terus berair
4. mudah kedinginan (menggigil) dan banyak berkeringat dingin
5. depresi dan sangat mudah marah
6. insomnia

Oleh karena efek sakaw yg begitu menderita maka seseorang pencandu yg sedang sakaw besar kemungkinan akan berbuat kriminal (salah satu contoh : mencuri) untuk memenuhi kebutuhan putaw-nya.

Pemakaian jangka panjang akan menyebabkan penyumbatan oleh *kristal-kristal berwarna biru di dalam pembuluh darah di sekitar tangan, kaki, leher, dan kepala sehingga menjadi benjolan keras seperti bisul di dalam tubuh, jika penyumbatan ini munculnya di daerah otak maka besar kemungkinan ia akan mati. Selain itu pemakaian jangka panjang dari putaw juga akan mengakibatkan kebutaan, kerusakan pada organ2 tubuh seperti liver, ginjal, organ2 pencernaan, dan paru2.

Ingat! sekali saja mencoba dapat dipastikan anda akan terjerumus ke dalamnya.

* Menurut berbagai kesaksian dari pekerja2 krematorium (pembakaran jenazah) yg mereka temukan setelah mereka menumbuk jenazah yg telah dibakar dan yg meninggal karena putaw, mereka sering mendapati kristal-kristal kecil dan bentuknya agak panjang berwarna biru terang yg tidak hancur terbakar walaupun telah dikremasi. Hal ini memang belum dibuktikan oleh ilmuwan dan dokter.


Ecstasy / Inex
Ecstasy / Inex Inex adalah sebutan umum dari pil ecstasy. Pil ini mulai menjadi trend dikonsumsi di discotik2 di Indonesia sejak tahun 1990-an. Pada mulanya pil ini hanya diimport dari negara Belanda saja dan kandungan senyawanya pun masih asli yaitu MDMA (MethyleneDioxyMethAmphetamine), sekarang pil2 inex ini sudah banyak yg diproduksi secara ilegal di dalam negeri.

Senyawa MDMA ini mengakibatkan efek2 psikologis sebagai berikut:
1. perasaan senang yg luar biasa
2. hilangnya permusuhan dan rasa ketidak amanan
3. rasa intimasi antara satu sama lainnya sehingga disebut juga love drug
4. rasa empati dan simpati antara satu dengan yg lainnya
5. rasa damai dalam hati dan dihargai oleh orang lain serta meningkatkan percaya diri
6. sensitif terhadap nada, suara, berbagai macam bunyi2an sehingga dapat menikmati musik
7. sensitif dan menikmati sentuhan satu sama lainnya
8. distorsi pandangan
9. energetik yg luar biasa
10. kebiasaan untuk menggeleng2kan kepala dengan kencang (godek) supaya menghasilkan rasa "on" yg lebih tinggi

Sedangkan efek2 fisiknya:
1. dehidrasi serta berkurangnya proses urinasi
2. meningkatnya suhu tubuh dan banyak berkeringat
3. meningkatnya detak jantung dan tekanan darah
4. gerakan pupil dan iris yg tidak terkendali (tertarik ke atas mata)
5. gerakan rahang yg selalu mengigit dan bergesekan
6. sensitif terhadap temperatur sekelilingnya
7. berkurangnya nafsu makan (tidak semua pemakai merasakan ini)

MDMA menyebabkan kecanduan secara psikologis pada sebagian besar pemakainya dan tidak pada segelintir orang yg lainnya, kemungkinan hal ini disebabkan oleh efek "bad trip" yg mungkin terjadi pada orang2 tertentu sehingga membuat mereka jera untuk mengkonsumsinya kembali di lain waktu. Akan tetapi jika seseorang sudah merasakan "high" maka pada saat efek dari MDMA ini mulai drop ia akan merasakan "emosi yg remuk" dan mulai memikirkannya untuk mengkonsumsinya kembali segera atau dalam jangka waktu tertentu (misalnya week-end berikutnya).

Pengkonsumsian MDMA secara rutin dapat dipastikan akan terus meningkatkan toleransinya terhadap dosis yg harus dipakai bahkan pada suatu saat ia akan mulai merasakan efek "magic" dari pil ini yg mulai menghilangkan seberapapun banyaknya dosis MDMA yg telah dikonsumsinya.

Efek drop dari MDMA dalam jangka pendek mengakibatkan depresi/emosi yg remuk dimulai dari 1-2 hari setelah pemakaian dan bisa mencapai hingga 4-7 hari sesudahnya, menjadi sering kaget ketika tertidur, terganggunya ingatan jangka pendek (short-term memory), sulit berkonsentrasi, penglihatan yg berbayang, dan jaw clenching (gigi yg rasanya selalu terikat dan ingin bergesekan terus menerus).

Sedangkan efek pemakaian jangka panjang mengakibatkan terganggunya fungsi hormon serotonin dan dopamine di dalam otak, terganggunya pula fungsi keseimbangan temperatur tubuh, menjadi sangat pelupa, tidak mampu belajar dan konsentrasi, sulit untuk mengambil keputusan, emosi menjadi labil (mudah panik), paranoia, dan insomnia.

Setelah tahun 1995 dimulailah beredar pil2 inex di pasaran yg kandungannya sudah bukan lagi MDMA murni atau bahkan sama sekali tidak mengandung MDMA melainkan senyawa lain yaitu MDEA (eve 3,4-methylenedioxy-N-ethylamphetamine), MDA (adam 3,4-methylenedioxyamphetamine), DXM (dextromethorphan/bahan obat batuk), ketamine, PCP (Phencyclidine), GHB (gamma-hydroxy butyric acid), LSD, methamphetamine (shabu), ephedrine (bahan obat batuk), caffein, methylsalicylate (bahan pengharum ruangan yg sifatnya toxic), paracetamol, aspirin, cocaine, bahkan bahan yg sangat berbahaya yaitu PMA (paramethoxyamphetamine).

Berbeda dari MDMA, MDEA dan MDA bisa menghasilkan efek halusinasi dan tidak mencapai tingkatan euphoria seperti yg dihasilkan MDMA. Sedangkan DXM, ketamine, dan PCP merupakan zat2 yg bersifat halusinasi dissociative dan mengakibatkan si pemakai tidak bisa mengendalikan dirinya ketika ia mengalami halusinasi karena terputusnya fungsi kesadaran otak dengan fungsi otak bagian lainnya sehingga ia susah untuk membedakan mana yg nyata dan mana yg tidak nyata.

PMA merupakan bahan pencampur/pengganti yg sangat berakibat fatal dan cenderung membuat si pemakai overdosis karena efek "on" yg dihasilkannya terlambat ketimbang MDMA sehingga membuatnya akan mengkonsumsinya lagi atau menambah pil lain yg mengandung MDMA. Overdosis PMA yg dikonsumsi bersamaan dengan MDMA mengakibatkan meningkatnya suhu tubuh secara drastis sehingga sering menyebabkan kematian yg dihasilkan dari hyperthermia (temperatur tubuh yg terlalu panas).

Akan tetapi bagi para pencandu berat inex yg sudah tidak bisa lagi merasakan efek "magic" dari MDMA murni akan mulai dengan sengaja mencampur pengkonsumsiannya antara pil2 yg mengandung MDMA murni dengan pil2 lain yg sudah diketahui mengandung Ketamine / DXM / PCP / LSD, oleh karena bahan2 pemalsu ini yg mampu mengangkat efek "on" dari MDMA murni menjadi lebih tinggi dari normal.

Ciri2 "on" dari inex campuran ini antara lain:
1. sudah tidak lagi bisa berhura2 dan berjoget2 riang akan tetapi tetap duduk di bangku
2. sudah tidak lagi menggeleng2kan kepalanya dengan kencang melainkan hanya dengan pelan atau termangut2 saja
3. terkadang hanya terdiam kaku di bangku seperti terbengong2 oleh karena halusinasi yg sangat nyata
4. jauh lebih cepat mengalami overdosis dibanding para pemakai MDMA murni
Marijuana / Ganja / Gele


Ganja adalah tanaman sejenis cannabis sativa yg mengandung senyawa tetrahydrocannabinol terutama pada trikoma, bunga, pucuk muda, dan daun2nya.

Pemakaian ganja sebagian besar dengan cara dibakar lalu dihisap asapnya atau dengan cara dicampur dengan rokok, walaupun ada juga yg diseduh seperti teh dan diminum. Masyarakat Aceh, Medan, dan Padang terkenal menggunakan sedikit ganja untuk bumbu tambahan pada masakan khas mereka.

Walaupun penyalahgunaan ganja tidak menyebabkan ketagihan secara signifikan akan tetapi ganja merupakan pintu gerbang menuju pemakaian narkoba lain yg jauh lebih berbahaya.

Efek2 yg ditimbulkan dari ganja antara lain:
1. pikiran yg menjadi lamban
2. mudah untuk tertawa terbahak2
3. penglihatan yg fokus dan pendengaran yg terngiang2
4. susah untuk konsentrasi
5. mata yg berwarna merah
6. nafsu makan yg berlebihan

Efek pemakaian jangka panjang dari ganja menyebabkan banyak kehilangannya memori jangka panjang atau kerusakan pada otak di bagian hippocampus dan juga melemahnya daya tangkap otak untuk belajar.

Kesaksian pemusic George Michael tentang ganja:
http://www.contactmusic.com/news.nsf/article/michael%20blames%20marijuana%20for%20ruining%20his%20memory_1023397

Walaupun demikian serat yg dihasilkan dari tumbuhan ganja ini yg disebut dengan hemp, merupakan bahan baku yg sangat berguna dan sangat bersahabat dengan lingkungan serta kelak akan menggantikan bahan baku petrolium. Penggunaan hemp sebagai bahan baku meliputi produksi keperluan barang sehari2 seperti kertas, tekstil, bio-plastik, bahan bakar, tali tambang, dan berbagai makanan bergizi tinggi.

Proses pembuatan kertas dari bahan baku hemp juga jauh lebih bersahabat dengan lingkungan ketimbang yg dibuat dari tumbuhan2 lain (contoh: kayu pinus) karena tidak diperlukannnya pemutih (bleaching) dan bahan2 beracun lainnya seperti halnya pada proses pembuatan kertas yg dihasilkan dari kayu pinus. 

Methamphetamine/Shabu
Meth crystal / Shabu Shabu merupakan senyawa sintetik turunan dari amphetamine dan juga turunan dari ephedrine. Shabu menyebabkan peningkatan secara drastis hormon dopamine, serotonin, dan noradrenaline dalam otak dan saraf. Senyawa methamphetamine sendiri sebenarnya sudah lama digunakan oleh para dokter untuk mengobati pasien berpenyakit narcolepsy/kelainan tidur dan attention deficit hyperactive disorder.

Tetapi belakangan ini penyalahgunaan shabu telah meningkat secara drastis, salah satu contohnya banyak pemakai cocaine yg beralih ke shabu oleh karena harganya yg lebih murah (karena 100% sintetik dan bisa diproduksi oleh orang2 awam sekalipun di dalam perumahan), efek "on" yg jauh lebih lama (sekitar 9-15 jam dibanding cocaine yg hanya sekitar 15-20 menit) dan jauh lebih mudah didapatnya di pasar gelap ketimbang cocaine.

Shabu dipakai dengan cara dibakar diatas kertas timah lalu dihisap asapnya menggunakan bong supaya asapnya disaring air terlebih dahulu, ditumbuk lalu disedot langsung menggunakan hidung, dimakan langsung, atau dilarutkan ke dalam air lalu disuntik.

Efek dari shabu antara lain :
1. hilangnya rasa sakit penyakit dan keinginan untuk tidur
2. energi yg meningkat secara drastis
3. meningkatnya rasa percaya diri serta konsentrasi
4. euphoria/senang
5. hilangnya rasa lapar (walaupun tidak semua orang merasakan demikian)
6. menjadi lebih sensitif terhadap suara, cahaya, dan sentuhan.
7. lebih aktif untuk berkomunikasi
8. perasaan bulu kuduk/belakang leher yg merinding
9. paranoid dan serangan panik

Shabu menyebabkan kecanduan baik secara fisik maupun secara psikologis. Ciri2 kecanduan shabu setelah efek dari shabu tersebut drop antara lain :
1. rasa menagih yg dalam untuk memakainya kembali
2. depresi berat dan hilangnya rasa percara diri
3. perasaan khawatir yg sering datang tiba2
4. sering mengalami mimpi2 buruk bahkan insomnia walaupun sangat mengantuk
5. gigi yg selalu gemetaran dan bergesekan terus menerus
6. badan yg rasanya sakit-sakitan (sebenarnya ini diakibatkan oleh faktor kekurangan tidur atau peradangan tenggorokan atau hidung jika digunakan dengan cara dihisap asapnya atau disedot langsung menggunakan hidung)
Pemakaian jangka panjang dari shabu mengakibatkan :
1. kerusakan pada fungsi hormon dopamine, serotonin, dan noradrenaline sehingga juga ikut mengacaukan fungsi keseimbangan hormon lainnya di otak (hypothalamus)
2. kerusakan paru2 (terutama bagi yg menghisap asap atau langsung), ginjal, dan liver
3. penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit
4. kerusakan di seluruh sistem saraf otot dan kulit yg menyebabkan gemetaran pada otot terutama di bagian gigi, tangan dan kaki serta munculnya banyak kedutan2 di seluruh tubuh
5. perasaan terdapatnya banyak "kutu-kutu" yg merayap di kulit sehingga sering membuat si pecandu menggaruk kulitnya terus menerus sampai terluka dimana2
6. menjadi lebih beresiko terserang stroke dan penyakit jantung
7. meth mouth yaitu kerusakan berat pada gigi yg menyebabkan kehancuran dan pembusukan gigi oleh karena kondisi mulut yg terus menerus kering dan terjadinya gesekan2 secara terus menerus pada gigi

Shabu merupakan jenis narkoba pembunuh no-2 di Indonesia dibawah putaw, tanpa membunuhpun zat ini akan meninggalkan cacat selama puluhan tahun kepada mantan2 pencandu beratnya yg sudah berhenti memakainya.
Dan banyak lagi jenis narkoba seperti, Morphine atau Opium,  LSD (Lysergig acid Diethylamide), Ketamine / Spesial K, Inhalant, Heroin / Diachetylmorphine, Hasishs/hash/getah ganja, liquid ecstasy dan lain lain tidak dibahas karena peredarannya sangat jarang di Indonesia sehingga pecandu nyapun sangat sedikit di Indonesia...jadi ngga usah dibahas yee....

Senin, 19 Desember 2011

Apa salahnya Negeriku....

Tergoda dengan mudahnya mencari pada laman google atau kerennya sering disebut googling (bukan guling... hehehe) menggelitik jari ini untuk mencari....
Apa sih salahnya negeri ini...?
Pasti ada yang salah di negeri ini.... tapi ini bukan soal narapidana yang berdessak desakan dalam LP lohhh...
Salah sistem pemerintahan kah ? presiden ? menteri ? atau apa malah kita yg salah hidup di negara tercinta ini....

Mari kita coba fasilitas gratis mbah google yg saat ini masih terasa independen....
Pertama saya googling  "salah sistem pemerintahan"
Alamaaaakkk.... saya dibuat terkaget kaget.... gimana ngga... coba lihat hasilnya... dalam waktu kurang dari 0,20 detik didapat 1.950.000 hasil yg berkaitan dengan kesalahan pemerintahan... !

Dengan sekian banyak hal kesalahan sistem, bagaimana menteri nya ?
"keberhasilan menteri" awalnya saya agak terhibur dengan hasil 6.200.000 ini dapat disikapi bahwa para menteri memiliki keinginan untuk memperbaiki kesalahan sistem pemerintahan menjadi suatu keberhasilan, tapi tunggu dulu... kita perlu tau apa ketidak berhasilan menteri....
terdapat 13.500.000 hasil bila kita mencari dgn kata "ketidak berhasilan menteri" atau keberhasilannya cuma 50% dari ketidak berhasilan yg dicapai....

Kalau demikian hasilnya, pasti ada yang salah....
Mari kita lihat berapa besar kesalahan yg dilakukan pemegang tongkat komando dimulai dari sistem pemerintahan paling bawah...

Kesalahan Lurah, hasil yang didapat dalam waktu 0,26 detik terdapat hasil 1.690.000 yang berhubungan dengan kesalahan lurah....

Kesalahan Camat, dalam waktu 0,26 detik terdapat hasil 578.000 hal yg erat kaitannya dengan kesalahan camat.... hmmmmm baru tau sekarang bahwa pak lurah banyak melakukan kesalahan dibanding pak camat... jadi sudah benar apa yg disajikan sinetron2... memang pak lurah lebaayyyy.....

Kesalahan Bupati, 2.810.000 berbanding lurus dengan kesalahan Walikota yang  2.400.000 hasil yang berkaitan dengan kesalahan bupati/walikota, digoogling dalam waktu kurang dari 0,30 detik, dan ini sedikit banyaknya memberikan jawaban atau pembenaran atas mundurnya Dicky Chandra dari wakil bupati dan kembali ke profesi semula sebagai artis... maklum artis, jangankan salah segitu banyak... salah sedikit aja udah rame di infotainment.... next....

Kesalahan Gubernur....ternyata semakin tinggi tingkatannya akan menaikkan tingkat kesalahan sampai dengan 2 kali lipat.... karena ternyata terdapat 5.600.000 hal yang berkaitan dengan kesalahan Gubernur dalam waktu pencarian 0,23 detik, dan apakah akan menjadi 2 kali lipat bila kita googling dengan kata "kesalahan menteri" ? let's find out...

Kesalahan Menteri.... waaawwwwww ternyata betul.... !!!
terdapat hasil 10.700.000 hal yang berkaitan dengan kesalahan menteri dalam waktu pencarian 0,23 detik !!! dannnn.... apakah akan meningkat lagi hasilnya bila kita naik ke level presiden ?

Bila kita ketik kesalahan presiden, kita masih bisa berbesar hati karena tdk jauh dr menteri, yaitu 12.200.000 kesaslahan yg berkaitan dengan kesalahan presiden, tapi tidak demikian halnya bila kita langsung menimpakan kesalahan pada presiden dengan mengetikkan kata "salah presiden" karena teori diatas kembali benar karena ternyata terdapat hasil sebesar 27.500.000 hal yg berkaitan dengan salah presiden.... bukan main..... dan memang tidak main main...

Siapa yang pilih presiden ? mestinya ikut bertanggung jawab... apakah betul ? Last but not least....
Ternyata semua ini kembali berpulang pada kita sebagai rakyat.... karena terbukti dengan kita googling "salah rakyat" akan terdapat 62.100.000 hal yang berkaitan dengan salah rakyat dan ini bukan sulap bukan sihir bila demokrat meng klaim kemenangan sebesar 62%.....

Anehnya Negeriku....

Awalnya saya ingin menulis keanehan yg terjadi pd petani kita, penduduknya 250 juta 90% nya makan nasi, lahan subur disepanjang negeri, tapi aneh.... kok petaninya miskin...

Jakarta macet...cettt... begitu juga di kota2 besar lain bahkan ada beberapa kabupaten yg mulai dilanda kemacetan.... tp kenapa pertamina harus mengurangi subsidi bila tidak ingin merugi... anehhh....
padahal seharusnya dgn pemakaian BBM 41,42 juta kilo liter pd tahun 2011 saja, pertamina seharusnya memperoleh keuntungan yang signifikan dari hasil penjualan ditambah lagi dgn lifting minyak yg 915 ribu barrel perhari.... tapi yaa kenapa kok tetap merugi bila tdk mengurangi subsidi, tapi bila tdk memakai subsidi harga BBM menjadi lebih mahal dari produsen lain bahkan selisihnya sampai Rp.500/liter.... weleh weleehhhh...benar benar anehhh.....

semakin dirasa banyaknya keanehan negeri ini, untuk sejenak saya tinggalkan topik di atas untuk menjadi pokok bahasan berikutnya.....

coba googling dan ketik dua kata "anehnya negeriku"

dalam tempo kurang dari 0,30 detik akan ditemukan 234.000 hasil yg berhubungan dengan keanehan keanehan yang terjadi di negara kita Indonesia....
dan lucunnya negeri ini tidak se aneh negeri ini krn kelucuan negeri ini hanya separuh dari keanehan negeri ini, atau 147.000 hasil yg berhubungan dengan lucunya negeriku...

sekarang coba googling dan ketik dua kata "hebatnya negeriku"

haaaahhhhh.... dalam tempo kurang dari 0,15 detik terdapat 207.000 hasil tentang betapa hebatnya negeri kita Indonesia....

Apakah kita ini bangsa yang hebat tapi aneh ?
Apakah anehnya merupakan salah satu kehebatan negeri ini ? aneh....
atau betulkah kalau kita dibilang pemalas ?
Ok... mari kita googling dgn dua kata sama seperti hal di atas "malasnya negeriku"

Ouuwwhhh.... tidak juga... karena hasil yg diperoleh dalam waktu kurang  dari 0,25 detik ditemukan 5.600 hal yg berhubungan dgn malasnya negeri ini....

So... apa penyebab negeri kita masuk dalam kategori negara miskin dan gemar berhutang ? bila kita googling dgn cara yang sama, 4.000 hasil googling kemiskinan berbanding 324.000 hasil googling yg berhubungan dengan kata "kaya nya negeriku"

ini pasti ada yang salah.... apa mungkin saya salah mencari/googling dengan mbah google ? atau saya harus mencari melalui biro pusat statistik ? atau melalui lembaga survey ?

Ohh NO.... kita semua tau apa kata BPS dan kita juga tau lembaga2 survey tersebut adalah lembaga walaupun independen tetap saja berbayar, kalaupun free, hasilnya dapat digunakan sbg promosi agar survey berikutnya memiliki rating dan semakin tinggi ratingnya, semakin mahal bayarannya.... sama halnya dengan google yg berniat membuka kantor perwakilannya di Indonesia namun perbedaannya sampai dengan saat ini  gratis utk googling tanpa iklan saat googling.... sambil berkata "hai Indonesia... tunggu tanggal mainnya..." wahhhh....

dan tulisan ini menjadikan hasil pencarian anehnya negeriku menjadi 234.001 hasil !!!

ilustrasi by Cak Ripin : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=1780661680055&set=a.1673896770999.2078476.1344818241&type=3

Rabu, 14 Desember 2011

Api Diri (Sondang Hutagalung)

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO Mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi meratapi peti mati Sondang Hutagalung saat disemayamkan di aula Ir. Soekarno, Universitas Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (11/12/2011). Almarhum Sondang adalah pelaku bakar diri yang dilakukannya di depan Istana Negara.


Api Diri (Sondang Hutagalung)

Kawan, akhirnya kau menyediakan dirimu menjadi kayu yang menyala api agar rakyat sebagai besi-besi perlawanan segera tertempa menjadi rencong, keris, belati, pedang dan segala rupa ketajaman untuk bangkit bersatu, melawan
Kawan, akhirnya dengan api diri kau memberi tanda di mana segala ketajaman harus diarahkan, istana. Ya, istana. Bukan di mana-mana. Tapi, di sini, tempat dirimu berdiri, menjadi api, sebagai tanda segala ketajaman harus diarahkan.
Kawan, akhirnya dengan api diri kau memberi kabar terang sekali bagaimana rakyat mesti berkorban untuk menghentikan penindasan. Sama seperti zaman penjajahan, yakni pengorbanan. Dan kau sudah memberi kabar yang terang agar tiada lagi yang dikorbankan sia-sia di kegelapan kekuasaan. Ya lewat mesiu, ya lewat uang, ya lewat jabatan, juga lewat kata-kata serta citra.
Kawan, kami telah menghormati perjalananmu dengan gelar sarjana kehormatan dan gelar pahlawan mahasiswa sambil terus mengasah mata rencong, keris, belati, pedang keberanian untuk datang ke istana, entah kapan.

Kutaradja, 13 Desember 2011

Risman A Rachman adalah sosok yang oleh rekan-rekannya disebut "seniman sunyi" dari kota para petarung, Aceh. Rajin menulis tulisan sastra lepas, yang ia simpan di "dinding langit" untuk menyebut media sosial. Juga sebagai penulis khususnya di media lokal. Puisi-puisi pendeknya tersimpan di blog katainstitute.wordpress.com

Mencari Jalan Membangun Harapan – Mengenang Sondang Hutagalung


Pada Desember 10, seorang lelaki berumur 22 bernama Sondang Hutagalung meninggal dunia akibat 98% dari tubuh terbakar. Sulit membayangkan rasa sakit yang dideritakannya selama melawan maut di rumah sakit.  Yang lain daripada yang lain, lelaki muda ini tidak kebakar dalam sebuah kecelakaan tetapi membakar diri.
Dia tidak meninggalkan sebuah surat yang menjelaskan niatnya dia  tentang tindakan mengambil nyawanya sendiri dengan cara yang penuh penderitaan ini. Mungkin Sondang  mau menunjukkan rasa cemasnya yang dalam bahwa sebagian besar rakyat Indonesia masih menderita kemiskinan. Sondang aktif di organisasi mahasiswa Himpunan Advokasi-Study Marhaenis Muda untuk Rakyat dan Bangsa Indonesia (Hammurabi). Dia juga memimpin komunitas Sahabat Munir. Dia membakar diri di depan Istana Kepresidenan, mungkin ingin mengatakan presiden Yudhoyono sebagai kepala pemerintahan yang  “gagal mensejahterakan rakyat.”  Mungkin juga dia terinspirasi oleh kasus seorang pedagang kaki lima Tunisia (Marhaen Tunisia) yang melakukan hal yang sama yang kemudian memicu pemberontakan oposisi di negeri tersebut, sehingga Presidennya jatuh.
Bisa saja terjadi – dan memang sudah terjadi – debat atau diskusi tentang benar atau salahnya tindaknya Sondang ini. Tetapi mengingat rekor kegiatan Sondang, minimal kita harus menghormati dia dan mengenangnya sebagai orang yang sanggup mengorbankan nyawanya dan menderitakan kesakitan fisik yang luar biasa dalam harapan bahwa ini akan berguna buat rakyat Indonesia.
Karena itu aku salut pada saudara Sondang, mahasiswa Universitas Bung Karno  yang pernah gerak buat kaum marhaen dan korban pelanggaran HAM. Saya membaca juga bahwa dia pernah juga terlibat aktivitas solidaritas dengan rakyat Papua korban kekerasan. Sekali lagi salut!

Dinamika Menghadapi Kegagalan Mensejahteraan Rakyat
 Di Morocco kasus orang membakar diri memicu sebuah pemberontakan oposisi yang massif. Di Indonesia belum jelas sepenuhnya bagaimana nanti dampak daripada tindakan Sondang. Teman-teman mahasiswanya dari UBK sudah mengaraknya ramai-ramai ke kuburan. Ada versi bahwa lagu DARAH JUANG yang didedikasikan ke Sondang. Universitas mengangkatnya dengan pemberian gelar kehormatan. Mahasiswa-mahasiwa menyatakan tekad untuk meneruskan perjuangannya Sondang melawan pimpinan hedonis.  Simpati sangat meluas, meski juga ada yang mempertanyakan tindakannya sebagai perbuatan politik. Kita belum tahu sepenuhnya bagaimana warisan perbuatan dia ke depan.
Dalam perbandingan Indonesia dengan Tunisia (atau Mesir) bisa kita catat suatu hal yang berbeda yang akan mempengaruhi situasi. Di Morocco pada saat  Mohammed Bouazizi membakar diri, masyarakat Tunisia sedang di cengkeraman seorang diktator. Mahasiswa dan rakyat Indonesia sudah memaksa diktator Indonesia selama 33 tahun – Suharto – turun pada tahun 1998, 14 tahun yang lalu. Situasi kondisi politik bukan sebuah kondisi yang tegang menunggu sesuatu yang akan memicu kemarahan anti-kediktatoran meledak.  Solusi pada kedikatatoran gampang dirumuskan dengan tepat (meski belum tentu gampang menerapkan rumusannya). Kediktatoran bisa dihilangkan dengan turunkan diktator. Tunisia (dan Mesir) sudah lama menunggu pemicu penurunan diktator mereka. Di Indonesia, dari tahun 1989 sampai 1996 proses membangun gerakan anti-diktatoran tanpa pemicu dramatis, berkat jerih-payah aktivis-aktivis yang membangun organisasi, termasuk yang selalu di depan aktivis-aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), periode 1994-1999.
Bom kemarahan kalau sudah meledak, asal diarahkan, bisa jatuhkan diktator. Tetapi seperti  yang sedang dialami di Tunisia dan Mesir, dan juga sudah dialami Indonesia selama 14 tahun, jatuhnya kediktatoran  membuka ruang  gerak yang lebih luas. Kita kemudian dihadapkan dengan masalah bagaimana mengisi ruang tersebut degan sebuah gerakan yang akan memperjuangkan perubahan yang lebih jauh lagi. Pemicu-pemicu yang ditunggu ialah pemicu yang membangun rakyat berorganisasi secara massal dan massif, memperjuangkan kemajuan negerinya, karena elit tak bisa diharapkan sama sekali. (Ini masalah yang dihadapi seluruh negeri di saat ini.) Dan yang bisa mensejahterakan rakyat bukan seorang Presiden tetapi gerakan rakyat sendiri.

Rakyat memang tidak mengharapkan elit, kemudian .. ?
Sering sekali saya lihat di berbagai aksi mahasiswa maupun serikat buruh serangan kritik bahwa pemerintah Presiden Yughoyono gagal mensejahterakan rakyat. Slogan “Megawati-Hamzah Haz gagal”, “Yudhoyono-Kalla gagal” dan sekarang “Yudhoyono-Beodiono gagal” muncul berulang-ulang sejak Megawati Soekarnoputri menjadi presiden. Di pinggir jalan dan di perbincangaan rakyat, pasti mayoritas sudah setuju kesimpulan tersebut. Rakyat sepakat. Tetapi bentuk pemikiran “Yudhoyono-Beodiono gagal”, meskipun sebagai kenyataan adalah benar, sekaligus juga tersesat. Perumusan masalah dalam bentuk si A dan si B gagal sebagai Presiden dengan sendiri mengandung anggapan bahwa ada juga sedang sembunyi di suatu tempat si  C dan si D yang akan berhasil. Secara tidak langsung pendekatan ini masih mengandung unsur “ratu adil”isme.
Presiden Yudhoyono memang sudah pasti gagal mensejahteraan rakyat sejak sebelumnya. Begitu juga semua orang-orang yang lagi dibicarakan sebagai calon presiden tahun 2014. Ada beberapa sebab. Pertama, Yudhoyono dan calon-calon lainnya, semua merupakan perwakilan dari kelas menengah atas Indonesia yang mengukur keberhasilan ekonomi dengan ukuran pertumbuhan kelas menengah dan kelas menegah atas. Itu saja yang harus dicapai. Kelas menengah makmur Indonesia mungkin kurang-lebih 10% dari penduduk Indonesia atau 20an jutaan orang. Yang 200 juta orang lain memang tidak dianggap, asal jangan rusuh atau melawan. Jadi memang tidak ada minat mensejahteraan rakyat, sejak awal. Kadang-kadang pemerintah kelihatan bengong menghadapi masalah-masalah sosial dan ekonomi rakyat: jangan-jangan tidak bengong hanya tidak tertarik saja.
Kedua, kemiskinan rakyat dan keterbelakangan ekonomi Indonesia tidak disebabkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia, termasuk yang “neo-liberal”pun atau yang diresep-resepkan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional. Kebijakan-kebijakan memang kebanyakan tidak pantas disetujui, tetapi bukan sebagai penyebab atau asal-usul masalah tetapi sebagai hal yang memperparah situasi. Kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi Indonesia, dan keterbelakangannya infrastruktur sosio-budaya, berasal dari warisan kolonialisme Hindia Belanda yang meletakan Indonesia sebagai ekonomi neo-koloni yang tak berindustrialisasi. Kemudian ekonomi Indonesia selama Orde Baru ditumbuhkan lagi pakai pola yang sama, bukan sebagai hasil pemaksaan kubu imperialis tetapi atas undangan sukarela kekuasaan pemenang pertaruhan arah pembangunan Indonesia yang berlangsung 1945-65. Indonesia 2011 adalah hasil 33 tahun pola ini, sehingga elit politik-ekonominya tak mungkin akan berminat mensejahterakan rakyat.

Dua lapis “ketidak-ada-harapan”.
Sudah 46 tahun berlalu sejak Orde Baru berdiri. Elit kekuasaan Indonesia sudah terbentuk mapan. Apakah ada harapan elit tersebut akan melahirkan sebuah sayap yang dinamis, bergairah, cinta rakyat, cinta kebenaran, cinta ilmu? Periksa saja partai-partainya mereka dan mengambil kesimpulan sendiri. Kalau kerangka pikiran kita ialah Yudhoyono tak mampu, dengan fokus pada perorangannya dan kebutuhan akan seorang presiden yang lain lagi, sudah pasti akan muncul perasaan: tak ada harapan, harus ada tindakan yang sedrastis-drastisnya.
Ada juga sebuah “ketidak-ada-harapan” lain yang ikut mewarnai suasana. Pada tahun 40an, 50an, 60an, 70an bahkan 80an, baik di Indonesia maupun secara internasional, ada suatu kata, suatu diskursus, suatu visi yang memberi harapan pada semua orang: “Development”, “Pembangunan”. Pada dekade-dekade itu seluruh dunia yakin bahwa negeri negeri “sedang berkembang” akan berkembang, bahwa “development” akan terjadi, bahwa negeri-negeri itu akan mencapai “take-off”.  Yang pesimis dan sabar anggap mungkin ini proses lama melalui “trickle down effect” selama beberapa generasi. Yang optimis mengira “take-off”akan pesat dan heboh. Kaum sosialis yakin gerakan-gerakan pembebasan nasional akan berkembang menjadi revolusi sosialis sehingga akan ada pembangunan sosialis. Di Indonesia sendiri, selama periode Orde Baru, sampai 1997, “pembangunan” menjadi hampir sebuah agama, dan sebuah agama yang formal menjanjikan akselerasi pembangunan 25 tahun.
Pada abad 21 ini, di sebagian besar negeri sedang (tidak) berkembang di dunia, mimpi tentang pembangunan tinggal menjadi mimpinya kelas menengah atas saja. Hanya sedikit negeri, seperti Venezuela misalnya, yang masih memperjuangkan pembangunan buat rakyatnya – atau lebih tepat, rakyat Venezuela sendiri sedang memperjuangkannya. Di banyak negeri-negeri dengan mimpi development menghilang rasa tak ada harapan semakin kental terasa. Tindakan-tindakan drastis, semakin sering terjadi.
Di Indonesia rasa tak ada harapan yang melahirkan tindakan drastis juga yang mengakibatkan beberapa kali orang yang memimpikan dunia yang lain dan lebih baik  melakukan bunuh diri. Berbeda dengan Sondang, orang-orang ini sekaligus membunuh orang lain pula, dengan aksi bom bunuh diri. Tindakan drastis bom bunuh diri dan membunuh nyawa lain ini bukan hanya sakit irrasionil tetapi juga kriminil. Sondang tidak berniat ambil yang nyawa orang lain, tetapi mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Membangun harapan
Membangun harapan butuh lebih daripada semacam pengambilan sikap bertekad berjuang. Membangun harapan mebutuhkan pengertian bahwa memang adalah mungkin untuk mencapai kemajuan-kemajuan. Selama gerakan fokus pada menyatakan kekecewaan dengan pimpinan negara yang ada dengan slogan si A dan si B gagal, dengan pesan di dalamnya bahwa si C atau si D, yang bisa selesaikan masalah, tidak akan terbangunkan harapan. Konsekwensi logis dari kesimpulan bahwa elit politik ekonomi negeri tak mampu memimpin atau melakukan pembangunan ialah bahwa hanya yang non-elit akan bisa melakukannya. Yang “non-elit” (marhaen, rakyat miskin, 99% dll) tidak bisa hanya sebagai penerima kesejahteraan tetapi pelaku merebutnya, merencanakannya dan melakukannya.
Dari kesadaran itulah akan datang permulaan dari analisa syarat-syarat yang dibutuhkan untuk yang non-elit bangkit berorganisasi. Dan dari sana akan datanglah harapan.
Contoh Sondang mengingatkan kita betapa dalam bisa seorang manusia merasa peduli tentang rakyatnya. Perasaan dalam tersebut harus digendongkan dengan pengertian dan perencanaan bangkit bersama-sama, supaya tidak perlu lagi dan tidak akan ada orang yang merasa perlu ambil tindakan drastis mengorbankan diri menderita kesakitan dan kehilangan nyawa  demi berusaha memicukan sesuatu yang dia tunggu-tunggu tapi tidak datang. Kekuasaan selalu siap makan korban dari kaum pejuang,  seharusnya tak perlu kita menambah dengan pejuang mengorbankan diri. Hanya bangkit dan berorganisasi bersama-sama -dengan membuang semua harapan pada elit siapapun- memperjuangkan keadilan dan pembangunan akan membangun harapan yang melahirkan tindakan-tindakan berdaya cipta.
Selamat jalan Sondang.

Sumber : http://maxlaneonline.com/2011/12/11/artikel-mencari-jalan-membangun-harapan-mengenang-sondang-hutagalung-by-max-lane/

Ilustrasi :  Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit (kerja.pembebasan)
               http://www.facebook.com/media/set/?set=a.315655111792635.83732.158632180828263&type=3

Pengorbanan Terbaik Manusia Indonesia*

“Orang yang paling bahagia adalah mereka yang memberikan kebahagiaan terbesar kepada orang lain.” (Status Facebook Sondang Hutagalung, 19 September 2011)

“Untuk memberikan cahaya terang kepada orang lain kita jangan takut untuk terbakar. Dan bagi mereka yang terlambat biarlah Sejarah yang menghukum-nya.” (Sondang Hutagalung)



Sondang Hutagalung (22 tahun, akun Facebook: Hut Son) telah meninggal pada pukul 17.45 Wib, tepat pada Hari Hak Asasi Manusia se-Dunia, 10 Desember 2011. Ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah meregang nyawa selama tiga hari. Sondang adalah ketua Himpunan Aksi Mahasiswa Marhaenis Untuk Rakyat Indonesia (Hammurabi Justice), aktivis yang mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan HAM. Dia membakar dirinya sendiri dengan harapan bisa membangkitkan gerakan rakyat.

Menurut para saksi, Rabu (7/12) pukul 17.30 Wib, Sondang yang berpenampilan rapi membakar diri dalam balutan baju biru, celana hitam dan memakai sepatu pantopel (sebenarnya sepatu semi boot). Ia sempat mondar-mandir sebelum melakukan aksinya. Ia menyiram bensin ke sekujur tubuhnya, lalu menyulut api dan terbakar. Dia tak berteriak-teriak kesakitan layaknya orang yang terbakar. Sondang baru ditolong setelah api membesar selama tiga menit yang meninggalkan 98 persen luka bakar di seluruh tubuhnya.

Sondang yang juga adalah mahasiswa semester akhir di Universitas Bung Karno (UBK) ini, melakukannya secara sadar dan terencana. Sebagaimana seorang biksu Budha merencanakan laku self-immolation. Sebagai seorang aktivis pembela HAM yang sehari-harinya bergelut dalam pengorganisasian mahasiswa, advokasi dan aksi massa, ia tahu benar fenomena bakar diri telah sukses menggelorakan revolusi di Tunisia dan Mesir. Ia tidak konyol dan bodoh sebagaimana yang dituduhkan oleh banyak orang. Seorang Sondang hanya ingin memposisikan dirinya sebagai martir, sebagai bunga yang dibakar**. Hal ini diperkuat dengan keterangan kekasih Sondang yang menyebutkan sebelum bakar diri, Sondang pernah mengatakan akan membuat sebuah aksi besar. Rabu pagi, ia juga sempat chatting (online) dengan kawannya, Arlex Susanto Goenawan, dan mengirimkan pesan pendek, "LAWAN".

Jadi, jelas tindakan Sondang adalah aksi politis yang mengharapkan dukungan politis pula. Apalagi ia melakukan aksinya menjelang dua hari besar gerakan rakyat: hari Anti Korupsi 9 Desember dan Hari HAM 10 Desember. Sebelum Sondang membakar diri di depan Istana Negara, ia berteriak: “Turunkan SBY!”

Beberapa media menyajikan informasi mengenai Sondang dari framing masalah psikologis. Sudut pandang yang dipilih untuk mengaburkan alasan politis pembakaran diri tersebut, sehingga rakyat Indonesia diharapkan percaya bahwa Sondang menderita problem kejiwaan, bukan karena protes terhadap rezim.

Membakar diri telah menjadi metode protes yang dipopulerkan oleh Mohammed Boauzizi pada 17 Desember 2010. Boauzizi adalah seorang pedagang sayur di Tunisia yang protes karena dagangannya digaruk oleh pemerintah. Ia meninggal, namun aksinya memicu gerakan sosial di negeri tersebut yang lalu berhasil menumbangkan rezim Ben Ali. Metode ini juga ditiru sebagai cara protes ke pemerintah oleh orang Mesir dan Aljazair.

Bakar diri untuk protes juga pernah dilakukan oleh seorang buruh Korea Selatan, Chun, Tae-Il, dalam suatu aksi di kawasan Peace Market, Korea Selatan, pada 13 November 1970. Tae-Il meneriakkan “ taati hukum perburuhan”, “stop eksploitasi buruh”, “hari minggu libur” sambil berlari dengan tubuh penuh kobaran api sebelum kemudian ambruk. Hari-hari selanjurnya, pemogokan buruh dan solidaritas rakyat membesar di berbagai tempat di Korea.

Di Indonesia, bakar diri sudah banyak kejadian (bahkan bom bunuh diri), namun tidak politis—bakar diri dalam rangka frustasi dengan keadaan ekonomi yang miskin. Penyebab kemiskinan adalah sistem ekonomi yang dijalankan oleh pemerintahan SBY-Budiono yang adalah hamba kapitalis dan bermental korup. Rezim ini lah yang sebenarnya bertanggungjawab terhadap aksi bakar diri Sondang.

Pengharapan pada Spontanitas

Penggulingan SBY adalah kehendak Sondang. Hal ini juga adalah kehendak kelompok gerakan kiri di Indonesia. Bahkan lebih jauh lagi, tidak hanya sekadar menggulingkan SBY sebagai presiden, tetapi ada kehendak mengganti sistem.

Demi “turunkan SBY”, Sondang telah menempuh cara yang memerlukan keberanian luar biasa: berkorban diri hingga mati. Hal yang mungkin tidak banyak orang yang sanggup (berani) untuk melakukan, atau tidak banyak orang yang menganggap hal itu cukup masuk akal untuk dijadikan sebagai metode perjuangan.

Apa yang diharapkan Sondang sesungguhnya adalah kebangkitan gerakan spontan sebagaimana yang terjadi di Tunisia dan Mesir, serta aksi-aksi pendudukan yang motori oleh Pendudukan Wall Street. Sama seperti harapan para penggiat Occupy (pendudukan) yang akhir-akhir ini ada di beberapa kota di Indonesia: mengharapkan partisipasi individu-individu secara spontan dan luas untuk terlibat dalam gerakan.

Dari mana kesadaran harapan ini muncul?

Pertama, situasi objektif dimana di bawah sistem kapitalisme yang dioperasikan oleh pemerintahan SBY sudah sangat jelas-jelas menyengsarakan. Model kebijakannya adalah pro kapitalis. Skemanya sudah jelas neoliberal yang didiktekan oleh korporasi melalui lembaga-lembaga donor (korpoautokrasi). Arahnya adalah ekspansi modal dan perampasan nilai (kerja). Dan, ekses (dampak)nya sangat bervariasi dan meluas di mana-mana. Korban nyawa juga sudah banyak. Watak kapitalis pemerintahan SBY tercermin dalam regulasi (aturan), program pemerintah, dan situasi ekonomi yang semakin sulit--sementara elit-elit semakin kaya.

Beberapa isu, misalnya, utang negara yang mencapai 1700 trilyun, persoalan upah murah, kasus pembunuhan dua orang warga di Tiaka oleh aparat, kasus Freeport yang menewaskan warga, dan seterusnya, dan seterusnya. Inventarisasi ekses kapitalisme akan menghasilkan banyak sekali isu.

Penindasan adalah ladang subur bagi bersemainya perlawanan, demikianlah hukumnya.

Kedua, kelompok-kelompok gerakan dengan berbagai spektrum ideologi dan isu telah berjuang sejak lama. Reformasi memberikan ruang yang lebih luas daripada masa Orde Baru, untuk melahirkan berbagai kelompok gerakan. Perkembangan ini adalah positif, pun banyak perpecahan menjadikannya terserak. Serakan-serakan ini memperluas dirinya dalam berbagai kadar. Fragmentasi ini belum ada jalan keluarnya. Fragmentasi antar-organisasi, fragmentasi antar-isu (identitas), bahkan fragmentasi antara organisasi dan individu. Gerakan yang ada belum sanggup untuk menciptakan atmosfer revolusi.

Sementara itu, sekali lagi, perluasan geografi modal (sebagai konsekuensi perluasan kapitalisme), yakni investasi dan pasar menjadi semakin masif, apalagi krisis saat ini justru menyerang negeri-negeri kapitalis maju. Negara berkembang pun menerima dampak perluasan kapital (modal). Marx sudah menjelaskannya sejak 1887 dalam Manifesto Partai Komunis:

Syarat-syarat masyarakat borjuis terlampau sempit untuk memuat kekayaan yang diciptakan olehnya. Dan bagaimana kah borjuis mengatasi krisis-krisis tersebut? Pada satu pihak, dengan memaksakan penghancuran sejumlah besar tenaga-tenaga produktif, pada pihak lain, dengan merebut pasar-pasar baru, dan menyulap pasar-pasar yang lama dengan cara yang lebih sempurna. Itu artinya, membukakan jalan bagi krisis-krisis yang lebih luas dan lebih merusakkan, dan mengurangi syarat-syarat yang dapat mencegah krisis-krisis itu.”


Ekses kapitalisme semakin meluas serta banyak pelajaran revolusi dari negeri-negeri lain—dewasa ini dari negeri-negeri Afrika Utara dan gerakan pendudukan di AS dan Eropa. Semua ini berdialektika menjadi kesadaran yang dipercepat oleh media sosial yang semakin berkembang.

Situasi semacam ini menghasilkan pengharapan dalam kadar yang tinggi di kalangan kaum gerakan kepada gerakan spontanitas, di samping berharap organisasi yang telah ada—bahkan ada ekstrim penilaian bahwa organisasi sudah tidak produktif. Jadi, tidak heran bermunculan kesadaran metode yang ingin menghasilkan gerakan spontan itu, seperti metode pendudukan individu-individu dan metode bakar diri Sondang.

Yang membedakannya, gerakan individual Sondang memiliki militansi yang luar biasa (rela mati), politis, berorientasi penggulingan kekuasaan dan percaya pada organisasi dalam memimpin gerakan spontan. Ia bukan seorang anarkis (tidak percaya organisasi). Beberapa minggu sebelum aksinya, ia sempat menitipkan Hammurabi kepada kawan-kawannya. Ia justru membakar diri sebagai bentuk protes terhadap pemerintah agar lebih banyak lagi orang yang bangkit melawan rezim serta memperkuat organisasi dan gerakan rakyat.

Gerakan Sondang tidak lah sia-sia. Dia telah memberikan inspirasi keberanian yang luar biasa kepada setiap orang. Dia menunjukkan pencapaian model pengorbanan terbaik yang bisa diberikan oleh seorang manusia, khususnya orang Indonesia. Dalam logika pengorbanan, Sondang memiliki ekspektasi apa yang dia lakukan akan menghasilkan sesuatu. Sesuatu itu adalah perubahan. Dan untuk itu, orang perlu mengatasi ketakutan sebagaimana yang telah ia lakukan.

Jika Sondang yang berusia muda itu berani mengatasi ketakutannya terhadap kematian, mengapa kita tidak berani mengatasi ketakutan kita untuk melawan penindasan?

Dari sini lah, gerakan solidaritas itu bisa tumbuh dan diperluas. Kelompok gerakan progresif dan rakyat dimanapun berada harus meresponnya dalam memperluas dan memimpin gerakan penggulingan kekuasaan, penggantian sistem dan menjalankan demokrasi langsung.

Tidak sedikit partai politik reformis (bahkan korup) beserta ormasnya yang ingin mengambil keuntungan dari kematian Sondang untuk menjatuhkan SBY. Bahkan kelompok Sisa Orde Baru dan tentara yang kuat secara ekonomi karena memiliki aset-aset perusahaan, yayasan dan koperasi dalam domain “anti modal asing” juga berusaha mengambil-alih kekuasaan, dan bisa memanfaatkan kematiannya.

Tanpa intervensi kelompok gerakan, tanpa terkoneksi dengan gerakan buruh dan kaum miskin, pengorbanan Sondang bak bola liar yang bisa terpental ke arah yang salah atau segera membatu.


Catatan
* Tulisan ini buat Sondang, yang mungkin pernah sekali dua bertemu di Cina Benteng pada hampir dua tahun silam.

** Istilah "bunga yang dibakar" meminjam istilah dari lukisan Yayak Yatmaka, merupakan istilah bagi kawan-kawan yang diculik dan tak kembali. Sondang adalah bunga (pejuang), dan dalam makna harfiah, benar-benar terbakar.




 Foto: Tribun News


Sang Penerang (*)

Sondang Hutagalung, lelaki berambut cepak dengan badan yang berisi itu memiliki tatapan tajam. Meskipun ia jarang berbicara namun terlihat kesungguhan dari matanya. Dalam setiap aksi yang diikutinya, ia tampak total. Seperti perjumpaanku kurang lebih 3 bulan lalu di aksi solidaritas untuk Papua akhir September lalu.

Sondang memerankan dirinya sebagai seorang militer yang kejam di Papua. Dengan memakai baju loreng dan senjata laras panjang, Sondang terlihat begitu gagah. Sepatu hitam yang dipakai pada saat itulah yang menemani kematiannya.

Sondang, lelaki muda berusia 22 tahun. Memiliki semangat juang yang tak dapat ditampik lagi. Keberadaannya ditengah-tengah komunitas aktivis di ibu kota telah menempanya menjadi pribadi yang kuat. Ia memiliki cara tersendiri untuk melakukan perlawanan.

Sebagai penggiat organisasi kemahasiswaan di Universitas Bung Karno, Sondang cukup dikenal dan dicintai oleh semua orang. Namun tidak semua orang mengerti tentang pilihan kematian baginya. Kehilangan pasti, sedih itu juga yang menjalar di wajah-wajah penggiat Hak Asasi Manusia sejak tengah malam 10 Desember.

Di atas meja sudut rumah duka RSCM, foto Sondang berjajar di tengah taburan bunga duka cita, sementara lilin menyala redup ditiup angin. Sondang tersenyum di tengah derai air mata semua orang yang menunggu dengan pedih kepastian jenasahnya akan dibawa kemana. Sondang, foto dengan tangan bersidekap itu seperti menemani semua wajah yang murung dan terluka.

Wajah tak kalah pedih ditunjukkan oleh keluarga Sondang, tangis seorang ibu pecah ketika mendengar ratusan mahasiswa bernyanyi, orasi dan meminta jenasah Sondang dibawa ke kampusnya tercinta, tempat ia ditempa perjuangan hidup dan kemanusiaan.

Di tengah kontroversi tentang pilihan Sondang dalam melakukan protes terhadap rezim ini, tentunya kita semua mengerti bahwa ini adalah bentuk protes putus asa terhadap pemimpin negeri ini. Di antara sejumlah aksi dengan berbagai cara untuk perubahan bangsa ini, ternyata semua membentur tembok, tetap gagu dan membisu.

Sondang dapat membaca keresahan keluarga korban pelanggaran HAM yang telah bertahun-tahun melakukan aksi diam di depan Istana, namun tak juga mendapat respon dari pemimpin negeri ini. Di tengah carut-marut kasus korupsi yang kian menjerat pemerintahan ini, ternyata tak cukup hanya dengan melakukan aksi dan tuntutan perubahan. Sondang merasakan keresahan itu luar biasa menghimpit dadanya.

Sondang telah menghentakkan publik dengan keberaniannya mengorbankan nyawanya. Kita ingat Mahatma Gandhi pernah melakukan aksi mogok untuk mencegah pertempuran antara orang-orang Hindu dengan orang-orang Islam dan walaupun beliau dihentikan sebelum maut, beliau kelihatan rela mati. Ini menarik perhatian kepada perjuangannya dan hormat yang amat kepada beliau sebagai seorang pemimpin rohaniah.

Wikepedia melansir pada decade 1960an Sami-Sami Budha khususnya Thich Quang Duc, di Vietnam Selatan telah menarik perhatian dunia Barat dengan melakukan aksi bakar diri hingga mati menentang Presiden No Dinh Diem. Peristiwa lain pada masa perang Dingin di Eropa Timur melalui kematian Jan Palach setelah serangan Kesatuan Soviet atas Czechoslovakia serta pengorbana diri Romas Kalanta di lebuh raya Kaunas, Lithunia pada tahun 1972. Pada November 2006, Milachi Ritscher seorang aktivis anti perang amerka Serikat, melakukan bunuh diri terhadap bantahan terhadap perang di Iraq.

Di Jepang bunuh diri dilakukan oleh tentara yang kalah perang atau gagal mempertahankan Negara memilih untuk menamatkan riwayat mereka melakui hara-kiri, atau potong perut dengan samurai.

Pada Desember tahun 2010 Muhammed Bouazizi (26) , melakukan aksi bakar diri di Tunisia. Aksi menyulut gelombang massa dan berhasil menumbangkan penguasa Tunisia, Presiden Zine al-Abidine Ben Ali yang sudah berkuasa 23 tahun. “Itu gerakan rakyat pertama yang menjatuhkan penguasa.”

Kemudian kita kembali ke Indonesia. Melihat carut marut politik Negara yang kian parah, korupsi menjadi bagian trend bagi pejabat publik. Bahkan menjadi gaya hidup bagi PNS muda akhir-akhir ini. Mengambil hak orang lain merupakan hal lumrah dan gaya hidup keren bagi kalangan penguasa. Bahkan hal itu dilakukan secara bersama-sama hingga tidak memikirkan nasib ribuan manusia lainnya. Kematian menjemput di berbagai tempat karena kemiskinan dan kelaparan. Semuanya dianggap wajar oleh pemimpin negeri ini, semua tetap berlanjut, seperti anjing menggonggong.



Tangis seorang ibu pecah ketika mendengar ratusan mahasiswa bernyanyi, orasi dan meminta jenasah Sondang di bawa ke kampusnya tercinta, tempat ia ditempa perjuangan hidup dan kemanusiaan.

Sengkarut di negeri ini telah menohok sisi kemanusiaan seorang Sondang. Sebagai seorang revolusioner ia merasakan kegundahan luar biasa. Berbagai jalan telah ia tempuh, termasuk kematian untuk perubahan. Sondang telah memilih perjuangannya untuk perubahan bangsa ini, tanpa ingin melibatkan orang lain susah dalam kematiannya, termasuk ia merahasiakan rencana aksi bakar diri terhadap siapapun.

Sondang diakhir perjalanan hidupmu, engkau tersenyum menitipkan pesan pada kami semua untuk tidak larut dalam sedih atas kepergianmu. Hari ini tanah merah telah mendekap ragamu dalam sunyi. Namun tangan Tuhan telah merangkulmu dalam damai…

Pergilah kawan dalam sejarah yang tak terlupakan. Kami semua akan terus belajar untuk berjuang dengan cara kami, dengan tetap mengilhami perjalananmu yang kini abadi. Satu putra terbaik pertiwi telah pergi dalam tapal batas perjuangan yang belum berakhir…

Wasiat perlawanan telah Sondang torehkan. Tinggal kita semua melanjutkan apa yang telah ia mulai, buka mata wahai penguasa negeri bebal, rakyatmu sudah muak dengan kepemimpinanmu yang tidak pernah memihak rakyat…

Jakarta, 11 Desember 2011.

*Judul asli artikel: Sondang, sang revolusioner telah pergi. Dinukil dari harian Kompas.

**poster: nobodycorp.

SONDANG HUTAGALUNG

Karya Penyair dan seniman kawakan Landung Simatupang tentang kematian Sondang Hutagalung: sondang yang bakar diri

anak itu bicara dengan tubuhnya, bensin dan api
ia mati di depan hidung kekuasaan
yang berlarut-larut mengecewakan
suka dusta, cucitangan dan ingkar janji

[:) tak apa. semua baik-baik saja
lihatlah barang empat-lima hari
semua juga segera lupa. :)]

bapak, memang begitulah biasanya
tapi yang ini berbeda: memberimu isyarat, bahkan aba
untuk sigap mengubah diri atau menyingkir dini
waktu mendesak, bapak; di mana-mana berkobar api!

SONDANG HUTAGALUNG (1989 - 2011) : http://www.facebook.com/media/set/?set=a.315655111792635.83732.158632180828263&type=3